Thursday, July 17, 2025

Tattha katamo upāyo? [Upaya apa?]

 

Tattha katamo upāyo?

Lalu, apakah yang dimaksud dengan upāya (cara/jalan/metode)?


“Sabbe dhammā anattā”ti, yadā paññāya passati;

Atha nibbindati dukkhe, esa maggo visuddhiyā.**

“Semua hal (dhamma: hal-hal, perbentukan, yang terbentuk) adalah tanpa inti (tanpa diri),” ketika seseorang melihat ini dengan kebijaksanaan,
Maka ia menjadi jemu terhadap penderitaan — inilah jalan menuju kemurnian.

Ini adalah upāyo (cara)melihat anattā (ketiadaan diri) secara langsung dengan kebijaksanaan (paññā)  menimbulkan kejijikan (nibbidā) terhadap penderitaan menuju visuddhi (pemurnian batin).


Syair lanjutan:

“Sattahaṅgehi samannāgato kho, bhikkhu, api himavantaṃ pabbatarājānaṃ cāleyya,
ko pana vādo chavaṃ avijjaṃ sattakesu” ti
 – veyyākaraṇaṃ kātabbaṃ. Ayaṃ upāyo.

“Seorang bhikkhu yang memiliki tujuh faktor (pencerahan), bahkan bisa mengguncang gunung Himalaya,
apalagi hanya kebodohan yang menyelimuti makhluk-makhluk.”

Ini adalah penegasan logis (veyyākaraṇa) bahwa upāya (jalan) adalah dengan mengembangkan tujuh faktor pencerahan (satta bojjhaṅgā) untuk melenyapkan avijjā (kebodohan).



Tattha katamā āṇatti ca phalañca?

Lalu, apakah yang disebut āṇatti (perintah moral) dan apakah buahnya (phala)?

Sace bhāyatha dukkhassa, sace vo dukkhamappiyaṃ;
Mākattha pāpakaṃ kammaṃ, āvi vā yadi vā raho.

Jika kamu takut pada penderitaan, jika kamu tidak menyukai penderitaan,
Maka jangan lakukan perbuatan buruk, baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.

Ini adalah āṇatti — ajaran atau perintah etis dari Sang Buddha.

Sace hi pāpakaṃ kammaṃ, karotha vā karissatha;
Na vo dukkhā pamokkhātthi, upaccāpi palāyataṃ palāyato.

Jika kamu memang melakukan perbuatan buruk, atau akan melakukannya,
Tak akan ada pembebasan dari penderitaan — bahkan jika kamu lari atau menghindarinya.

Penegasan bahwa karma buruk membawa akibat, tak bisa dihindari.



Penutup bagian ini:

Purimikāya gāthāya āṇatti, pacchimikāya phalaṃ.

Pada bait pertama terdapat perintah (āṇatti), pada bait kedua terdapat buahnya (phala).

Sīle patiṭṭhāya dve dhammā bhāvetabbā —
yā ca cittabhāvanā yā ca paññābhāvanā;
yā ca āṇatti, rāgavirāgā ca phalaṃ.

Berdasarkan landasan sila (budi, perengai atau pekerti luhur, etika, akhlak, beradab), dua hal harus dikembangkan:
pengembangan batin (samādhi) dan kebijaksanaan (paññā).
Perintah moral adalah menghindari kejahatan; buahnya adalah lenyapnya nafsu.

Note: (Dhammā: norm / law / just / righteous. didalam terjemahan ke dalam bahasa Indonesia kadang tertulis hal,  yang tentu saja berkaitan dengan kebenaran, hal hal norma, pada kalimat diatas berarti merujuk pada "peraturan" yang harus di kerjakan) 


Tattha katamaṃ phalañca upāyo ca?

Sīle patiṭṭhāya, naro sapañño, cittaṃ paññañca bhāvayaṃ;
Ātāpī nipako bhikkhu, so imaṃ vijaṭaye jaṭaṃ.

Dengan berpijak pada sila, orang bijaksana mengembangkan batin dan kebijaksanaan;
Seorang bhikkhu yang bersemangat dan bijaksana, ia akan membebaskan simpul-simpul batin (jaṭā).

Upāyo (cara) = melatih sila, samādhi, dan paññā
Phala (buah) = terbebas dari ikatan batin.

Purimikāya aḍḍhagāthāya upāyo, pacchimikāya aḍḍhagāthāya phalaṃ.

Setengah syair pertama adalah cara, setengah syair kedua adalah buahnya.


Kalimat Akhir

Nandiyo Nandiko (pī. ka.) sakko isivutthapuririkāmaekarakkhe...
Ini tampaknya adalah catatan tambahan dari Komentar (aṭṭhakathā) atau penanda sumber sutta yang tidak lengkap.

Ayaṃ upāyo. Asahagatassa kāmāsavāpi cittaṃ muccati. Sabbāsu chasu tīsu. Ayaṃ upāyo ca phalañca.

Inilah cara (upāyo). Bahkan batin yang belum sepenuhnya bersih pun bisa terbebas dari nafsu sensual.
Dalam semua enam atau tiga aspek, inilah cara dan buahnya.


Kesimpulan Ringkas

Istilah

Penjelasan

Āṇatti

Perintah moral: “Jangan berbuat jahat, baik terang-terangan maupun tersembunyi.”

Phala

Buahnya: Terhindar dari penderitaan dan pencapaian kedamaian.

Upāyo

Jalan/cara: Latihan sila, pengembangan batin (samādhi), dan kebijaksanaan (paññā), serta melihat anattā secara langsung.

Hasil Akhir

Pembebasan dari penderitaan dan ikatan batin melalui pengembangan spiritual berdasarkan Dhamma.


Tattha katamā āṇatti ca phalañca upāyo ca?
Lalu, apakah yang dimaksud dengan āṇatti (perintah), phala (buah), dan upāya (cara)?


Suññato lokaṃ avekkhassu, mogharāja sadā sato;

Attānudiṭṭhiṃ uhacca, evaṃ maccutaro siyā.**
(Sutta Nipāta 1125 – Mogharāja-manava-pucchā)

Terjemahan:

"Lihatlah dunia sebagai kosong (suññato), wahai Mogharāja, dengan kewaspadaan yang terus-menerus;
Buanglah pandangan tentang diri, maka engkau akan melampaui kematian."


Penjabaran Tiga Aspek:

Komponen

Kutipan

Arti & Makna

Āṇatti (Perintah)

“Suññato lokaṃ avekkhassu, mogharāja”

Ini adalah ajaran moral langsung: “Pandanglah dunia sebagai kosong.” Ini adalah perintah kontemplatif untuk melihat hakikat dunia tanpa diri (anattā) dan tanpa inti (suññatā).

Upāyo (Cara)

“Sadā sato”

“Selalu penuh perhatian.” Ini adalah metode atau jalan praktik: dengan kewaspadaan/kesadaran terus-menerus (sati).

Phalaṃ (Buah)

“Attānudiṭṭhiṃ uhacca, evaṃ maccutaro siyā”

“Meninggalkan pandangan tentang diri, maka ia melampaui kematian.” Inilah buahnya: melampaui kematian, bebas dari kelahiran kembali.



Kelanjutan Penjelasan:

Samādhiṃ, bhikkhave, bhāvetha.
“Bhikkhu-bhikkhu, kembangkanlah konsentrasi (samādhi).”

Samāhito, bhikkhave, bhikkhu rūpaṃ aniccanti pajānāti.
“Seorang bhikkhu yang terkonsentrasi memahami bahwa bentuk jasmani (rūpa) itu tidak kekal (anicca).”

Evaṃ passaṃ ariyasāvako parimuccati jātiyāpi... upāyāsehipi.
“Dengan melihat seperti ini, seorang siswa mulia (ariyasāvaka) terbebas bahkan dari kelahiran... dan dari segala penderitaan dan upaya-upaya menyakitkan.”

Di sini ditegaskan bahwa buah dari pengembangan samādhi adalah munculnya kebijaksanaan (paññā), yang menyebabkan pembebasan dari kelahiran dan penderitaan (phala).


Kesimpulan Akhir (Ringkasan):

Istilah Pāli

Arti

Penjelasan Singkat

Āṇatti

Perintah/Nasihat

Lihatlah dunia sebagai kosong (suññato lokaṃ avekkhassu)

Upāyo

Cara/Metode

Selalu penuh perhatian/kewaspadaan (sadā sato)

Phala

Buah/Hasil

Meninggalkan pandangan tentang diri melampaui kematian (attānudiṭṭhiṃ uhacca, maccutaro siyā)




Tipiṭaka: Suttapiṭaka: Khuddakanikāya: Peṭakopadesa: 2. Sāsanapaṭṭhānadutiyabhūmi: 22. Tattha katamā āṇatti?

No comments:

Post a Comment

Pesan orang tua

Ayo ngelakoni apik, sing seneng weweh, (pokok'e nek kasih sesuatu aja diitung) aja nglarani atine uwong.
Aja dadi uwong sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter. Nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter rumangsa.
"Sabar iku lire momot kuat nandhang sakening coba lan pandhadharaning urip. Sabar iku ingaran mustikaning laku." -
Ms. Shinta & Paribasan Jowo

Terjemahan

Mari melakukan kebaikan dan senang berdarma-bakti, jangan pernah dihitung-hitung kalau sudah berbuat baik.
Janganlah menyakiti hati orang lain.
Jadi orang jangan cuma merasa bisa dan merasa pintar, tetapi jadilah orang yang bisa dan pintar merasa.
"Sabar itu merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup.
Bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu ibaratnya bagaikan sebuah mustika
(sebuah hal yang sangat indah) dalam praktek kehidupan"
- Bu Shinta & Pepatah Jawa