Friday, July 12, 2013

MENGAPA 阿彌陀佛 TERBACA ē mí tuó fó? BUKANLAH ā ..To..?

"Sesungguhnya orang besar tak henti hentinya belajar, menambah ilmu dan terus memperbaiki kekurangan diri. Tapi orang kerdil akan mengukuhkan kesalahannya didalam kebenaran. Orang yang arif menerima kata kata orang lain bukan karena pribadi atau jubah yang dikenakannya, akan tetapi karena kebenaran dari apa yang diungkapkannya, bukan sebaliknya membenarkan apa yang tidak benar." - [Pepatah kuno] Orang arif dan yang berhati kerdil.

"Tanyakanlah pada Brahmana sejati yang lain, apakah ada yang lebih hebat dari pada kejujuran [kebenaran] dan kasih sayang?" ~ Lord Buddha Saying.



MENGAPA
阿彌陀佛
TERBACA ǝ̄ mí tuó fó?
BUKANLAH ā ..To..?



Nā 南 ㄋㄚ न
mó 無 ㄇㄛˊ मो
ē 阿 ㄜ अ
mí 彌 ㄇㄧˊ मि
tuó 陀 ㄊㄨㄛˊ ताभ
fó 佛 ㄈㄛˊ बुद्धा


Silakan bertanya kepada orang India yang ahli berbahasa Sanskrit,
bagaimanakah cara baca अ 【ǝ̄ - 阿 - ㄜ】? anda akan mendengar hal itu akan terbaca ǝ̄.

kebiasaan kita yang seringkali salah melafal nama
阿彌陀佛 dalam bahasa mandarin, dari

ǝ̄ mí tuó fó

menjadi
a mí tuó fó


學者劉自若認為,
阿ē彌陀佛才是正確讀音,
因為翻遍辭典字典,
如中文大辭典、辭海、
中華乃至康熙字典,
“阿ē彌陀佛”才是正確讀音,
包括“阿ē房宮”也是讀作ē。

Cendikiawan Liu menelaah bahwa aksara 阿
terbaca ǝ̄ adalah pengucapan yang benar, Karena berdasarkan pengecekan kamus, seperti kamus besar bahasa Mandarin 【中文大辭典】, Kamus besar komprehenif bahasa Mandarin di China 【辭海 = 中國最大的綜合性辭典】, kamus bahasa Mandarin zhong hua 【中華大字典 = 陸費逵、歐陽溥存等編】 dan bahkan kamus Kang xi 【康熙字典 = 在清朝康熙年間由文華殿大學士兼戶部尚書張玉書及經筵講官、 文淵閣大學士兼吏部尚書陳廷敬擔任主編】, pelafalan "ǝ̄ mí tuó fó" adalah pengucapan yang benar, Termasuk kata "阿ǝ̄房宫" [kamar Palace] dibaca sebagai ǝ̄ fáng gōng.

Aksara 阿彌陀佛 BUKANLAH terbaca AMITUOFO,
terlebih lagi orang indonesia menyebut amiTHOfo
terjadi 2 kesalahan.
  1. 阿 ē terbaca salah menjadi A
    karena 阿 terbaca ā adalah sebuah partikel kata atau prefix untuk merujuk seseorang
    dalam bahasa Indonesia terdapat kata “si”
    [contoh: si Prajnadeva, si Hadi, si Hendro]

    Tapi apa maksudnya dengan "si", apa artinya? Sama dengan 阿,
    "si" dalam bahasa Indonesia atau 阿 dalam bahasa Mandarin digunakan hanya untuk merujuk kepada seseorang, untuk memanggil, yang biasanya mengambil karakter terakhir dari nama chinese seseorang setelah huruf 阿,
    阿 + aksara terakhir dari nama seseorang.


    Misalnya, nama anda adalah CHEN NYUK MOI, maka boleh lah dipanggil A Moi. jadi artinya "Si Moi". Atau seperti nama Indonesia, misalnya Hendro Bina Atmaja, kita panggil "Si Hendro" tapi untungnya di bahasa Indonesia tidak ada budaya penggunaan 阿 atau si.
    jadi, begitu anda menyebut a mi tuo, berarti namanya adalah mi tuo, yang artinya terbatas [mitabha]. Padahal 阿彌陀 【ǝ̄ mí tuó】 artinya TIDAK TERBATAS tapi karena ia menyebutnya A, maka artinya SI TERBATAS!. Kata 阿彌陀 adalah satu kata utuh, yang gak boleh dipisah pisahin lagi, seperti dalam bahasa Indonesia, kata"Apartemen" gak boleh dipisah pisahin lagi, karena kalo dipisah jadi "Apar" dan "Temen", jadi apa artinya ini? demikian juga dengan 阿彌陀, yang mana kata 阿彌陀 ini adalah kata serapan dari bahasa asing, bukan bahasa mandarin, jadi bahasa Mandarin meminjam kata dari bahasa Sansekerta.

    Jadi jika kita mengucap ā mí tuó fó = artinya jadi "si Buddha yang TERBATAS". weleh weleh
    ini karena kalian menyamakan fungsi kata 阿 [a] pada 阿妹 【baca: a moi】 untuk menyebut nama Buddha.
    namanya bukan Mithabha! mengapa masih juga salah mengucapkan "阿"?

    amithāba artinya [cahaya yang] TIDAK terbatas 無限之光。
    1. ǝ̄ artinya tidak
    2. mithabhǝ artinya tak terbatas [merujuk kepada cahaya]
    jadi huruf ǝ̄ dari ǝ̄mithāba artinya TIDAK.
    coba kita bandingkan lagi dengan kata lainnya "ǝ̄himsa"
    artinya Tanpa kekerasan, a nya disitu artinya TIDAK.

    Jadi kalau kita bilang ā mí tuó
    artinya akan BERUBAH MENJADI Si Mitabha. @@

    Pada huruf asli sansekertanya terbaca अमिताभ əmɪˈt̪aːbʱə
    [Bahasa Indonesia akan terbaca sebagai ǝmitabh. "e" disini diucapkan seperti
    saat kita mengucapkan "empat", "benar", tapi bukan e pada kata "Enak" atau "meteor"]

    [yang alfabet Sansekertanya tertulis Amitābha, sekali lagi ini adalah alfabet Sansekerta
    Bukan alfabet Indonesia, maka itu jelas cara bacanya beda dengan bahasa Indonesia.
    Seperti cara baca abc Bhasa Indonesia dengan Inggris pun tidaklah sama.
    Jangan pernah menyama nyamakan yang pada kenyataannya tidak-lah sama.]
  2. terlebih lagi yang kedua :
    陀 tuó disalah bacakan oleh orang Indonesia menjadi Tho atau to!
    huruf to atau tho tidak akan pernah anda temukan baik dalam
    Kamus mandarin ataupun saat ketik dikomputer
    .

    Mandarin tidak ada pin yin to atau tho.
    yang ada dan sering kita dengar adalah cina TOTO hahaha


sama saja dengan kita tidak boleh
main asal ganti KATA BUDDHA menjadi BODDHA, ATAUPUN BUDA!
karena artinya beda atau malah jadi tidak ada artinya.


Kalau kita mau telaah lebih dalam lagi, bahkan dinegara Asia Timur
[China, Taiwan, Hongkong, Macao]
para Bhikshu disanapun gak berarturan, ada yang nyebut amituofo juga.
ini karena kebiasaan dari awal yang tidak standard terlebih lagi tidak ada yang koreksi. Kalau mau jujur, ini karena mereka tidak dibekali dengan pengetahuan yang standart untuk menyebut nama Buddha ini. Mereka jarang mengerti bahasa Sanskrit, yang merupakan sumber acuan bagi yang ingin belajar Buddhism Mahayana, banyak diantara mereka beranggapan Buddhism yah bahasa mandarin. yang bahkan tak sedikit pun mengajarkan ajaran diluar Dharma Buddha, yah yang penting mirip mirip lah [差不多], juga praktek ramal meramal juga terjadi di vihara di China yang mana nujum [看命 khoa mia] bukanlah bagian dari ajaran Buddha. Buddha berkata agar para bhikkhu tidak melakukan ramal meramal, karena itu ilmu rendah, yang Buddha katakan sebagai Tiryagjana vijñāna - तिर्यग्जन विज्ञान atau tiryagjana vijja / vijñā - तिर्यग्जन विज्ञा yang artinya "Gaya ilmu pengetahuan binatang" 【畜類技法 - 畜生之學】.

sampai kadang kalau lagi ceramah ada beda mengenai kisah kisah kitab dari siswa Buddha. Kadang seenaknya saja, tapi gak jelas acuannya. apa mungkin juga karena kurangnya pengetahuan mengenai sutra wejangan kitab Tripitaka? Mulai penyebutan dari nama Buddha sampai kekisah tipitaka juga terjadi pergeseran dari apa yang tak sedikit dari mereka wejangkan, karena suka terungkap yang beda. [tak sedikit dari bhikshu penceramah terkadang rada rancu, terlebih berbicara mengenai catur ariya satyani, juga kurangnya pengetahuan dan pengalaman meditasi Vipasyana diantara banyak mereka, malah ada bhikshuni buka restoran vegetarian di negri asia timur sana. weleh weleh iki piye toh? arep dadi pertapa opo arep cari dana iki? sungguhan, ora ngartos ngeliatnya. kan cari dana untuk merawat vihara bukan urusan bhikshu, tapi ada umat pengurus. wong Buddha aja nda cari dana, atau muridnya nda cari dana dengan berjualan. masa Buddha dan para bhikshu berjualan buka warung vegetarian, kan nda mungkin, tapi entahlah bhikshuni itu mendapatkan ilham yang jatuh dari surga ke tujuh barangkali?]

[atau seperti alasan yang sering dilontarkan: yang penting ajarannya mengandung kasih sayang! tapi yang lainnya dibuang, seperti kebenaran atau kejujuran, dan terutama vinaya, sebagai SUMPAHNYA didalam menjalankan kehidupan suci. seperti kisah pengalaman yang diceritakan bhikshu dari malaysia yang nyemprot baygon, alasannya karena beberapa hari yg lalu sy sudah bilang lho, kalo sudah hari ke x harus pergi, 不離開的話,不好意思,噴殺蟲劑囉 [kalau tidak pergi, maaf saya semprot baygon] dan kejadian itu terjadi didalam vihara barangkali]


Demikianlah pergeseran Dhamma terjadi, bila kita balik bertanya "kok begitu?", respon yang nanti akan kita terima berupa alasan yang banyak, intinya dia yang bener, yang lain salah. untuk masalah kesalahan penyebutan nama Buddha 阿彌陀佛 juga demikianlah, yang bener tidaklah mereka gubris tapi sebaliknya mengukuh-benarkan yang sudah salah, malah berbalik memilih yang ngasal saja, alasannya: "yang penting kira kira begitulah itu". hahaha



Jika memang demikian permasalahannya
Marilah kita check ke akar bahasanya,
yaitu bahasa sanskrit berserta pelafalannya:

Agama Buddha bukanlah agama dari Cina.
Agama ini berasal dari India,

Istilah istilah seperti 佛陀 fó tuó [Buddha] dsb, yang digunakan dalam bahasa Mandarin sebenarnya tak lain ADALAH bahasa Serapan [dari bahasa asing, atau bukan bahasa Mandarin asli] yang diterjemahkan oleh para bhikshu pada dinasti Tang [sekitar tahun 634-713 masehi] yang belajar bahasa sansekerta dan pali ke india salah satunya adalah 義淨 【Yì Jìng】, yang mana 義淨 menerjemahkan naskah-naskah Buddhism dari bahasa Sanskerta ke bahasa Mandarin, dan karena ia mengerti betul cara lafal bahasa sansekerta dengan benar, maka pada saat penerjemahan kebahasa Mandarin pun mereka lakukan dengan hati hati.
[tapi sayang, pada masa sekarang tidak sedikit yang disalah ucapkan oleh bhikshu bhikshuni jaman sekarang.
seperti contohnya 阿彌陀佛, hal ini tentu karena kurang nya belajar agama dari acuan atau sumber awal yang memang acuan bagi seluruh umat Buddha, yaitu Tipitaka. Maka itu pada scholar Buddist (cendikiawan Buddhist) telah menemukan didalam studi / riset [penyelidikan] bahwa Tipitaka [Pali] dan Tripitaka [sansekerta] sesungguhnya mirip, tak beda jauh, tapi masalahnya yang perlu kita hati hatikan adalah TRIPITAKA CHINESE, karena telah masuk ajaran non-Buddhist, yaitu konsep dan dogma Brahmanism yang pada jaman dahulu itu dibawa oleh bhikshu yang pergi keIndia, dan kitab kitab Brahmanism tersebut diterjamkan kedalam bahasa mandarin dan dijadikan sebagai kitab Buddha, contohnya pernah dengar upanishad? check kembali istilah ajaran upanishad itu dari agama apa?]


Bahasa sansekerta
adalah bahasa Asia yang menggunakan karakter atau aksara
देवनागरी devanāgarī [terbaca: dewnageri atau dewnagri, Pelafalan internasional fontetik nya adalah d̪eːʋˈnaːɡri]
huruf देवनागरी devanāgarī ini belakangan dibuatkan fonetik latin, agar orang orang diluar India pun bisa melafalkan sutra sutra Buddhism [mahayana] dan Hindu.
yang disebut dengan istilah romanisasi aksara devanāgarī
yang secara internasional disebut sebagai
The International Alphabet of Sanskrit Transliteration (IAST).

sedangkan IAST ini perlu phonetic guide [tata cara pelafalan] yang tepat.
karena CARA BACA alfabet atau fonetik Sansekerta 【IAST】 ini TIDAKLAH SAMA dengan cara baca alfabet bahasa Indonesia ataupun BAHASA LAIN didunia, Maka itu agar dapat dilafalkan secara benar atau tepat, maka kita perlu mengerti apakah itu IPA?

Istilah IPA adalah singkatan dari
International Phonetic Alphabet [IPA]
[Pelafalan alfabet Internasional].
adalah sarana untuk melafalkan huruf abc sansekerta tersebut
[yang disingkat menjadi IAST]



The International Alphabet of
Sanskrit Transliteration (IAST)

Huruf 【IAST】 inilah yang seringkali kita lihat di buku buku doa agama Buddha teks Sansekerta.
Tapi apakah kita sudah benar cara bacanya?
bahkan terkadang mungkin bisa kita temukan huruf IAST dalam buku doa agama Buddha
dengan kesalahan penulisan text Sansekerta di negara kita Indonesia.

Inilah sumber masalahnya! karena guru guru pembimbingnya sendiri gak tau?
Atau Cuma ikut ikutan saja, atau cuma belajar sedikit, bahkan tidak pernah sama sekali.
Ini yang repot. Karena arti bisa berbeda.


Silakan lihat list pelafalannya:
Klik disini

Didalam tabel alfabet sansekerta kita melihat
huruf "A" 【 अ 】 yang didalam fonetik alfabet international [IPA] tertulis sebagai "ə",
bagaimanakah bacanya?

Mari kita pahami terlebih dahulu,
Melalui perbandingan kata sbb:
Kata IMPOSSIBLE [bahasa Inggris]
Sudah semestinya dibaca sesuai dengan aturan tatabaca bahasa Inggris bukan?
Atau APAKAH BOLEH KITA membacanya sesuai dalam bahasa Indonesia?
atau karena anda adalah orang Indonesia, maka semua bahasa asing harus disesuaikan dengan lafal atau cara baca bahasa Indonesia? seperti contoh IMPOSSIBLE apa benar jika kita baca menjadi im po si ble [sesuai cara baca dalam bahasa Indonesia]?

Tentu saja tidak, karena orang yang mendengar anda berbicara demikian
dalam bahasa Inggris cuma kelihatannya jago bahasa Inggris [BAGI YANG TIDAK MENGERTI]

tapi sesungguhnya, mengucapkan impossible menjadi im po sib le
[seperti dalam aturan baca alphabet Indonesia]
akan terkesan ah ini mah sok pinter saja, padahal ngucapnya salah.
Yang benar seharusnya adalah im-ˈpä-sə-bəl.

Fonetik alphabet internasional dari “ə” pada contoh lafal impossible diatas [im-ˈpä-sə-bəl]
dilafalkan seperti saat kita mengucap e pada kata “bEsar” Atau “gElas”.
bukanlah huruf e seperti pada saat kita mengatakan “alfabEt” Atau “Enak


Jadi Bagaimana lafal Amitābha secara tepat?

अमिताभ
Alfabet / fonetik Sansekerta 【IAST】: Amitābha
International fonetik【IPA】 : əmɪˈt̪aːbʱə

Setiap Bahasa yang menggunakan huruf alfabet abc,
MEMILIKI ATURAN CARA BACA NYA MASING MASING!

seperti yang kita Tahu bahwa ABC Indonesia dipengaruhi oleh
alfabet bahasa Belanda yang kita daur ulang kembali seperti contoh huruf c,
pada awalnya c dibaca se. tapi Bahasa Indonesia pada jaman sekarang menjadi ce.

Demikian pula bahasa Inggris, a tidaklah dibaca a seperti dalam bahasa Indonesia,
jadi pelafalan alfabet bahasa Inggris akan terbaca
ei, bi, si, di, i, ef, ji,dan seterusnya didalam bahasa Indonesia,
walaupun menggunakan huruf atau alfabet yang sama tulisannya dengan bahasa Indonesia [a,b,c,d,e,f,g,...],
tapi TETAPLAH tidak boleh dilafalkan berdasarkan tata cara baca alfabet Indonesia.

jadi saat kita melihat kata dalam bahasa Inggris, contohnya: LONDON,
huruf ini bukan terbaca Lon don, tapi Lan dən.
[huruf ə ini terbaca e dalam bahasa Indonesia seperti saat kita melafal "dEnda" "dEngar" "dEras"]

Demikian pula Fonetik alfabet Mandarin 漢語拼音 [羅馬拼音 - Romanized Chinese Phonetic Alphabet]
yang dimulai dengan huruf b,p,m,f,...;
tidaklah benar jika dilafalkan dengan menggunakan tatacara pelafalan bahasa Indonesia.

Jadi, alfabet Mandarin huruf b tidak lah tepat jika dibaca melalui tatacara pelafalan dalam bahasa Indonesia menjadi be, tapi yang benar adalah pə, phə, mə, fə, dsb. [ə disini terbaca e seperti saat kita ucapkan "gE-las","bE-tul", "sE-pi"]
walaupun alfabet Mandarin juga menggunakan huruf abc yang mirip dengan kita: b,p,m,f, dst.
maka itu kata "Běi jīng" tidaklah boleh dibaca Bei Jing,
tapi alfabet Indonesia SEHARUSNYA menuliskan "PEI CING".
Karena satuan kata itu adalah bahasa Mandarin, maka kita harus sesuaikan dengan
tatacara aturan pelafalan bahasa asing tersebut.

Alfabet Bahasa Spanyol pun demikian,
alfabet ñ tidaklah sama dengan n dalam alfabet bahasa Indonesia, tapi alfabet kita harus
tertulis NY, jadi el niño bacanya bukan el nino, tapi el Ninyo [The Son / artinya putra]

Jadi dari contoh2 diatas, kita semua diajak untuk mengerti atau paham
bahwa saat kita mengucapkan bahasa asing, kita tidak boleh seenaknya mengubah
pelafalan bahasa tersebut menjadi seperti dalam bahasa kita.

Dalam huruf "International fonetik" atau IPA
[Cara Pelafalan Bahasa Internasional]
yang mana IPA ini digunakan sampai detik ini,
diberbagai kamus besar bahasa Inggris International yang anda beli,
contohnya: longman, oxford, dsb.
sebagai panduan agar supaya kita bisa membaca tiap kata dengan tepat dan benar.

sehingga PERMASALAHAN huruf अमिताभ INI BISA MENJADI JELAS SEKARANG
BAGAIMANA CARA YANG TEPAT DAN BENAR mengucapkannya?
Yang fonetik sansekertanya tertulis Amitābha,
SEDANGKAN INTERNATIONAL PHONETIC [IPA - cara baca / pelafalan] tertulis əmɪˈt̪aːbʱə

Didalam bagan pelafalan alfabet fonetik bahasa sansekerta, huruf "a" 【 अ 】 dibaca ə
Coba lihat :
  • IAST = a
  • देवनागरी devanāgarī = अ
  • IPA = ə
  • Bahasa Indonesia = e [seperti saat mengucapkan e pada “bEnar”, "bEtul"]

Klik disini untuk melihat tabel pelafalan yang tepat.

dan sebagai perbandingan untuk pelafalan huruf "ə", disini diambil contoh huruf
bahasa Inggris dengan pelafalan IPA nya sehingga anda mengerti bagaimana cara pelafalan
ə ini dengan tepat dan benar agar nantinya bisa membaca huruf "a" 【 अ 】 ini dengan tepat,
contoh huruf bahasa Inggris yang menggunakan lafal ə:
1. “Aside”
IPA [fonetik alfabetikal internasional] nya akan tertulis “əsaid” [berdasarkan kamus Oxford]
2. Ashame
IPA nya akan tertulis “əʃeimd” [oxford]

lalu bagaimana cara bunyinya ə pada ashame atau aside?
Coba buktikan dengan google translation untuk inggrisnya dulu.
Anda bisa dengar sendiri apakah huruf fonetik international əsaid akan terbaca
Sesuai a atau ə pada kata aside.

Jadi saat kita membaca
अमिताभ
Alfabet / fonetik Sansekerta 【IAST】: Amitābha
Maka akan terbaca əmɪˈt̪aːbʱə

Dan tanyakan orang yang ahli Sanskrit dari india, jangan orang indo,
karena bahkan bahasa Inggris sekalipun, yang sudah awam dan international digunakan, masih bisa salah melafal,
seperti contoh tak sedikit yang mengucapkan kata "ask" dengan melafalnya sebagai "axe" [terbaca: aks], impossible terbaca imposibel [mestinya impasəbəl], dsb, apalagi bahasa Sansekerta!?
Termasuk orang tionghua Indo yang seringkali salah mengucapkan kata 吃 chī [makan] menjadi 廁 cè [wc / toilet], silakan anda dengar, tak sedikit bahkan guru mandarin yang mengucap atau melafalkan kata 吃飯 chī fàn 【Makan nasi】 menjadi cè fàn 廁飯 【toilet / wc + nasi】.

jadi untuk kata अमिताभ [əmɪˈt̪aːbʱə] ini, anda harus tanyakan langsung
kepada orang India yang biasa membaca kitab Hindu ataupun Sutra Mahayana.
Silakan bertanya padanya bagaimana cara baca huruf sansekerta berikut ini:

anda akan mendengar sendiri bagaimana mereka melafalkan huruf अमिताभ
akan terbaca अमिताभ əmɪˈt̪aːbʱə
sedangkan bʱə hanya terdengar bə [dengan ə yang terdengar sekelibat saja. yang terdengar seperti seolah olah əmɪˈt̪aːb semata tapi ada hembusan yang terdengar huruf ə pada kata bʱə]

PERSIS seperti yang diucapkan
oleh BHIKSHU CINA YANG AHLI BAHASA SANSEKERTA dan berbahasa MANDARIN
pada jaman dulu kala itu saat menterjemahkan kata अमिताभ əmɪˈt̪aːbʱə menjadi
阿彌陀佛 ē mí tuó fó. Karena memang beliau beliau mengerti
dengan baik dan benar bahasa Sansekerta dan mandarin
jadi saat perterjemahan pun Mereka menggunakan lafal yang tepat,
sebenarnya bukan penerjemahan, tapi bahasa serapan [借詞]
karena अमिताभ əmɪˈt̪aːbʱə bukanlah bahasa Mandarin, tapi bahasa Sansekerta.

Dahulu Kala di Indonesia juga
salah mengucapkan kata 佛教

Di Indonesia pada dekade yang lalu dimana bahasa Mandarin belum
berkembang seperti sekarang seringkali menyebut AGAMA BUDDHA sebagai

佛教
Fú jiào

Aksara 佛 memiliki apa yang dalam bahasa Indonesia disebut
sebagai homografi [Bahasa Inggris menyebutnya sebagai Homograph],
dalam bahasa mandarin disebut 破音字 atau 多音字.
yang memiliki 2 cara baca atau lebih,
yang mana masing masing suara memiliki arti yang sangat jauh berbeda.

coba disimak:
1. 佛 fó, ini diambil dari bahasa asing
[bahasa serapan, karena agama Buddha bukanlah berasal dari Cina,
maka terjadilah bahasa serapan],
yaitu dari bahasa Sansekerta atau pali,
yang artinya Buddha, maka pembacaannya fó,
dengan frase kata lengkapnya tertulis 佛陀 fó tuó

2. 佛 fú : ini baru kata mandarin asli,
yang artinya mirip.
frase kata lengkapnya adalah 仿佛 fǎng fú
Jadi saat kita bilang Agama Buddha
tidak boleh seperti yang orang orang tionghua Indonesia pada jaman dulu
yang bilang bahwa agama Buddha disebut sebagai fú jiào, Tapi yang benar 佛教 fó jiào.

【不可以像咱們的長輩所說的,把仿佛的佛說在佛教的佛,這的確不是大同小異,而是很大的錯誤。真讓人見笑啊,仿佛的意思是“如 或 像”,佛教的佛根本與仿佛的佛不相關。仿佛的佛本來就是中文字,而佛教的“佛”是外地借來的詞語 【借詞】, 那兩個字的意義不可被認為近義或相似。】


============================
Coba kita telaah lagi
佛fó = Buddha
教jiào = AJaran
佛教 fó jiào = Agama Buddha
Tapi kalau kita bilan fú jiào, coba kita telaah:
佛fú = Mirip
教 jiào = Ajaran
佛教 fú jiào = ?????? apa ini? Ajaran mirip?
============================




Demikian, semoga memberi pengertian
dan pengetahuan yang jelas mengenai
tata bahasa ini.
南無阿彌陀佛
【Nā mó ǝ̄ mí tuó fó 】。

No comments:

Post a Comment

Pesan orang tua

Ayo ngelakoni apik, sing seneng weweh, (pokok'e nek kasih sesuatu aja diitung) aja nglarani atine uwong.
Aja dadi uwong sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter. Nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter rumangsa.
"Sabar iku lire momot kuat nandhang sakening coba lan pandhadharaning urip. Sabar iku ingaran mustikaning laku." -
Ms. Shinta & Paribasan Jowo

Terjemahan

Mari melakukan kebaikan dan senang berdarma-bakti, jangan pernah dihitung-hitung kalau sudah berbuat baik.
Janganlah menyakiti hati orang lain.
Jadi orang jangan cuma merasa bisa dan merasa pintar, tetapi jadilah orang yang bisa dan pintar merasa.
"Sabar itu merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup.
Bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu ibaratnya bagaikan sebuah mustika
(sebuah hal yang sangat indah) dalam praktek kehidupan"
- Bu Shinta & Pepatah Jawa