Thursday, April 17, 2014

Manatthaddha Sutta

मानत्थद्धसुत्तं
Mānatthaddha Sutta


Di Sāvatthī. Pada saat itu, seorang brahmana bernama Mānatthaddha, yang angkuh, sedang berdiam di Sāvatthī.[1] Ia tidak menghormat kepada ibu atau ayahnya, juga tidak kepada gurunya atau saudara tuanya. Pada saat itu, Sang Bhagavā sedang mengajarkan Dhamma dikelilingi oleh banyak orang. Kemudian Brahmana Mānatthaddha berpikir: “Petapa Gotama ini sedang mengajarkan Dhamma dengan dikelilingi oleh banyak orang. Aku akan mendekati-Nya. Jika Petapa Gotama berbicara kepadaku, maka aku akan berbicara pada-Nya sebagai balasan. Tetapi jika Ia tidak berbicara kepadaku, maka aku juga tidak akan berbicara pada-Nya.”

Kemudian Brahmana Mānatthaddha mendekati Sang Bhagavā dan berdiri diam di satu sisi, tetapi Sang Bhagavā tidak berbicara kepadanya. Kemudian Brahmana Mānatthaddha berpikir, “Petapa Gotama ini tidak tahu apa-apa,”[2] ingin berbalik, [178] tetapi Sang Bhagavā, setelah mengetahui pikiran si brahmana itu dengan pikiran-Nya sendiri, berkata kepada Brahmana Mānatthaddha dalam syair:

“Mengembangkan keangkuhan adalah tidak pernah baik
Bagi seseorang yang bersemangat demi kesejahteraannya, Brahmana.
Engkau seharusnya mengembangkan tujuan itu
Yang karenanya, engkau datang ke sini.”[3]

Kemudian Brahmana Mānatthaddha berpikir, “Petapa Gotama mengetahui pikiranku,” ia bertiarap di sana dengan kepalanya di kaki Sang Bhagavā. Ia mencium kaki Sang Bhagavā, menepuknya dengan tangannya, dan menyebutkan namanya: “Aku Mānatthaddha, Guru Gotama! Aku Mānatthaddha, Guru Gotama!”

Kemudian kerumunan orang banyak itu terkesima dengan pemandangan itu dan orang-orang berkata: “Sungguh menakjubkan, Tuan! Sungguh mengagumkan, Yang Mulia! Brahmana Mānatthaddha ini tidak menghormat ibu dan ayahnya, juga tidak kepada guru atau saudara tuanya, namun ia memperlihatkan penghormatan tertinggi kepada Petapa Gotama.”[4]

Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada Brahmana Mānatthaddha: “Cukup, Brahmana! Bangun dan duduklah di tempatmu, karena pikiranmu telah berkeyakinan terhadap-Ku.” Kemudian Brahmana Mānatthaddha duduk di tempat duduknya dan berkata kepada Sang Bhagavā dalam syair:

“Kepada siapakah seseorang harus menghindari keangkuhan?
Kepada siapakah seseorang harus menunjukkan penghormatan?
Kepada siapakah seseorang harus menghormat?
Siapakah yang selayaknya dihormati dengan mendalam?”

[Bhagavā:]

“Pertama ibu dan ayah seseorang,
Kemudian saudara kandung yang lebih tua,
Kemudian gurunya sebagai yang ke empat:
Kepada orang-orang ini, ia seharusnya menghindari keangkuhan;
Kepada orang-orang ini, ia seharusnya menghormat;
Orang-orang ini seharusnya dihormati dengan baik;
Orang-orang ini baik sekali dihormati dengan mendalam.

“Setelah menaklukkan keangkuhan, rendah hati,
Seseorang harus memberi hormat kepada para Arahanta,
Mereka yang berhati dingin, tugas-tugasnya telah selesai,
Yang tanpa-noda, tiada bandingnya.”

‘‘अरहन्ते सीतीभूते, कतकिच्‍चे अनासवे।
निहच्‍च मानं अथद्धो, ते नमस्से अनुत्तरे’’ति॥
‘‘Arahante sītībhūte, katakicce anāsave;
Nihacca mānaṃ athaddho, te namasse anuttare’’ti.


Kemudian setelah hal ini diucapkan, Brahmana Mānatthaddha berkata kepada Sang Bhagavā: “Menakjubkan, Guru Gotama! Menakjubkan, Guru Gotama! ... Semoga Guru Gotama mengingatku sebagai seorang umat awam yang sejak hari ini telah menyatakan berlindung seumur hidup.” [179]


Terjemahan:
Dhammacitta pedia
[Silakan melihat catatan kakinya di web Dhammacittapedia]


Word Bank 【生詞: 巴利文 - 英文 - 中文】

  • Arahante
    the one who attain the enlightenment
    【阿羅漢,脫離生死之苦的人而達到涅槃】
  • Sītībhūte
    cordial heart; kind and gently; decent; benevolent;
    【心溫和的人,不嚴厲,不粗暴,使人感到親切】
  • Katakicce
    one who finish the obligation.
    all done the task.
    【已經把任務完成的人】
  • Anāsave
    one who free from desires and peace
    【心安樂的人;無慾與無煩惱】
  • Nihacca mānaṃ
    the one who put down or put an end to all kind of pride and arrogancy.
    【一個放下或杜絕所有存在的驕傲自大的人;無傲慢,心隨時謙卑】
  • Athaddho
    not hardened,not obdurate,unselfish
    【不強硬,無自私】



Sutta Source【經源】:
तिपिटक (मूल) - सुत्तपिटक - संयुत्तनिकाय - सगाथावग्ग - ब्राह्मणसंयुत्तं - मानत्थद्धसुत्तं
Tipiṭaka (mūla) - Suttapiṭaka - Saṃyuttanikāya - Sagāthāvagga - Brāhmaṇasanyuttaṁ - Mānatthaddhasuttaṁ
三藏(原創)- 藏經 - 相應部 - 含有偈品 - 婆羅門相應 - 頑固苦行者經
三藏(原创)- 藏经 - 关联尼迦耶 - 含有偈品 - 婆罗门相应 - 顽固苦行者经


No comments:

Post a Comment

Pesan orang tua

Ayo ngelakoni apik, sing seneng weweh, (pokok'e nek kasih sesuatu aja diitung) aja nglarani atine uwong.
Aja dadi uwong sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter. Nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter rumangsa.
"Sabar iku lire momot kuat nandhang sakening coba lan pandhadharaning urip. Sabar iku ingaran mustikaning laku." -
Ms. Shinta & Paribasan Jowo

Terjemahan

Mari melakukan kebaikan dan senang berdarma-bakti, jangan pernah dihitung-hitung kalau sudah berbuat baik.
Janganlah menyakiti hati orang lain.
Jadi orang jangan cuma merasa bisa dan merasa pintar, tetapi jadilah orang yang bisa dan pintar merasa.
"Sabar itu merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup.
Bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu ibaratnya bagaikan sebuah mustika
(sebuah hal yang sangat indah) dalam praktek kehidupan"
- Bu Shinta & Pepatah Jawa