Saturday, April 19, 2014

Paritta 讚頌



“यस्सनुस्सरनेनपि, अन्तलिक्खेपि पनिनो;
पतिट्ठं अधिगच्छन्ति, भूमियं विया सब्बथा।
सब्बुपद्दवा जलं ह, यक्खा चोरदिसम्भव;
गणना न च मुत्तानं। परित्तं तं भणाम हे।”
“Yassa-nussaranenapi, antalikkhepi panino;
patiṭṭhaṃ adhigacchanti, bhūmiyaṃ viyā sabbathā.
Sabbupaddavā jalaṃ ha, yakkhā coradisambhava;
gaṇanā na ca muttānaṃ. Parittaṃ taṃ bhaṇāma he.”

“इतिपि सो भगवा
अरहं सम्मासम्बुद्धो
विज्जाचरणसम्पन्नो सुगतो
लोकविदू अनुत्तरो पुरिसदम्मसारथि
सत्था देवमनुस्सानं
बुद्धो भगवा’ति

iti'pi so bhagavā
arahaṃ sammāsambuddho
vijjācaraṇasampanno sugato
lokavidū anuttaro purisadammasārathi
satthā devamanussānaṃ
buddho bhagavā’ti

नमो तस्स सम्मासम्बुद्धस्स, 
Namo tassa Sammāsambuddhassa, 

ये च बुद्धा अतीता च
ये च बुद्धा अनागता;
पच्चुप्पन्ना च ये बुद्धा
अहं वन्दामि सब्बदा
Ye ca Buddhā atītā ca
ye ca buddhā anāgatā;
paccuppannā ca ye Buddhā
ahaṃ vandāmi sabbadā

ङत्थि मे सरणं अञ्ञं
बुद्धो मे सरणं वरं। 
एतेन सच्चवज्जेन।
होतु मे/ते जयमङ्गलं
Ṅ'atthi me saraṇaṃ aññaṃ
Buddho me saraṇaṁ varaṁ. 
Etena sacca-vajjena.
hotu me/te  jayamaṅgalaṃ

उत्तमङ्गेन वन्दे’हम्
पदपंसु वरुत्तमं, 
बुद्धे यो खलितो दोसो
बुद्धो खमतु तं ममं।
Uttamaṅgena vande’ham
pada-paṃsu varuttamaṃ, 
Buddhe yo khalito doso
buddho khamatu taṃ mamaṃ.

बुद्धं जीवितपरियन्तं सरणं गच्छामि।”
Buddhaṃ jīvitapariyantaṃ saraṇaṃ gacchāmi.”


यम्हि सच्चञ्च धम्मो च, अहिंसा संयमो दमो; स वे वन्तमलो धीरो, सो थेरोति पवुच्चति।
सब्बे तसन्ति दण्डस्स, सब्बे भायन्ति मच्चुनो;त्तानं उपमं कत्वा, न हनेय्य न घातये।
सब्बे तसन्ति दण्डस्स, सब्बेसं जीवितं पियं; अत्तानं उपमं कत्वा, न हनेय्य न घातये।
सुखकामानि भूतानि, यो दण्डेन विहिंसति; अत्तनो सुखमेसानो, पेच्च सो न लभते सुखं।
Yamhi saccañca dhammo ca, ahiṃsā saṃyamo damo; Sa ve vantamalo dhīro, so theroti pavuccati.
Sabbe tasanti daṇḍassa, sabbe bhāyanti maccuno;Attānaṃ upamaṃ katvā, na haneyya na ghātaye.
Sabbe tasanti daṇḍassa, sabbesaṃ jīvitaṃ piyaṃ; Attānaṃ upamaṃ katvā, na haneyya na ghātaye.
Sukhakāmāni bhūtāni, yo daṇḍena vihiṃsati; Attano sukhamesāno, pecca so na labhate sukhaṃ.

यो दण्डेन अदण्डेसु, अप्पदुट्ठेसु दुस्सति; दसन्नमञ्ञतरं ठानं, खिप्पमेव निगच्छति।
वेदनं फरुसं जानिं, सरीरस्स च भेदनं; गरुकं वापि आबाधं, चित्तक्खेपञ्च पापुणे।
राजतो वा उपसग्गं, अब्भक्खानञ्च दारुणं; परिक्खयञ्च ञातीनं, भोगानञ्च पभङ्गुरं।
अथ वास्स अगारानि, अग्गि डहति पावको; कायस्स भेदा दुप्पञ्ञो, निरयं सोपपज्जति।
Yo daṇḍena adaṇḍesu, appaduṭṭhesu dussati; Dasannamaññataraṃ ṭhānaṃ, khippameva nigacchati.
Vedanaṃ pharusaṃ jāniṃ, sarīrassa ca bhedanaṃ; Garukaṃ vāpi ābādhaṃ, cittakkhepañca pāpuṇe.
Rājato vā upasaggaṃ, abbhakkhānañca dāruṇaṃ; Parikkhayañca ñātīnaṃ, bhogānañca pabhaṅguraṃ.
Atha vāssa agārāni, aggi ḍahati pāvako; Kāyassa bhedā duppañño, nirayaṃ sopapajjati.


=====================================

Terjemahan:
Dengan hanya mengingat wacana ini, makhluk akan mendapatkan pijakan bahkan ketika mereka berada di langit, bagaikan pijakan di atas bumi. Melalui perlindungan ini, orang-orang yang membacanya terbebas dari segala jeratan mara bahaya yang diciptakan oleh kekuatan makluk jahat, pencuri dan yang bersumber dari yang batinnya penuh kejahatan, kekejian dan tega menganiaya. Mari kita bersama sama menghaturkan perlindungan ini.

Demikianlah Bhagava, yang maha suci,
yang telah mencapai penerangan sempurna,
Sempurna kebijaksanaan serta keluhuranNya,
Yang telah merealisasikan nirvana,
Yang mengenal dan memahami semesta alam,
Pembimbing makluk yang tiada taranya,
Guru pada makhluk surgawi dengan manusianya,
Ia lah Yang berpenerangan sempurna [Buddha], Yang Agung nan Luhur.[Bhagava]
[...]

Hormatku kepada Yang Tercerahkan nan sempurna kebijaksanaannya.

Kepada Buddha dimasa lampau,
Kepada Buddha dimasa mendatang,
Kepada Buddha pada masa ini,
Aku memujikan Engkau [yang Maha Bijaksana] selamanya.

Tiada perlindungan lainnya bagiku,
Buddha-lah pelindungku yang sejati,
Dengan ungkapan kebenaran ini,
Biarlah kemenangan [melawan kebatilan] kuperoleh

Aku dengan kepala ku sendiri
Menghormat diatas kaki Sang Buddha,
Jika terdapat kesalahan kesalahan,
Semoga Buddha mengampuni kesalahan saya.

Sampai selamanya, aku berlindung kepada Buddha.


siapapun yang menjalankan kebajikan sesuai hukum alam,
tidak-lah kejam, terkendali dan terlatih,
teguh didalam kebajikan dan batin yang bebas dari noda-noda,
sesungguhnya ia patut disebut Thera
[Thera: seorang sesepuh; seorang panutan, tetuah; yang ditua-kan atau patut dihormati].

Semuanya takut akan hukuman;
semuanya takut akan kematian.
Setelah membandingkan diri sendiri dengan yang lain,
hendaknya seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan yang lainnya tersiksa [dan terjadinya kematian].

Semuanya takut akan hukuman;
semuanya mencintai hidupnya.
Setelah membandingkan diri sendiri dengan yang lain,
hendaknya seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan yang lainnya tersiksa [dan terjadinya kematian].

Barang siapa mencari kebahagiaan untuk dirinya sendiri
dengan jalan menganiaya makhluk lain yang juga mendambakan kebahagiaan,
setelah kematian datang, ia tak akan memperoleh kebahagiaan.

Seseorang yang menghukum mereka yang tidak patut dihukum dan tidak bersalah,
akan segera memperoleh salah satu di antara sepuluh keadaan berikut:
Ia akan mengalami penderitaan hebat, kecelakaan, luka berat, sakit berat, atau bahkan hilang ingatan.
Atau ditindak oleh raja, atau mendapat tuduhan yang berat, atau kehilangan sanak saudara, atau harta kekayaannya habis.
Atau rumahnya musnah terbakar. Dan setelah hidupnya berakhir [meninggal dunia], orang bodoh ini akan terlahir di alam neraka.

No comments:

Post a Comment

Pesan orang tua

Ayo ngelakoni apik, sing seneng weweh, (pokok'e nek kasih sesuatu aja diitung) aja nglarani atine uwong.
Aja dadi uwong sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter. Nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter rumangsa.
"Sabar iku lire momot kuat nandhang sakening coba lan pandhadharaning urip. Sabar iku ingaran mustikaning laku." -
Ms. Shinta & Paribasan Jowo

Terjemahan

Mari melakukan kebaikan dan senang berdarma-bakti, jangan pernah dihitung-hitung kalau sudah berbuat baik.
Janganlah menyakiti hati orang lain.
Jadi orang jangan cuma merasa bisa dan merasa pintar, tetapi jadilah orang yang bisa dan pintar merasa.
"Sabar itu merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup.
Bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu ibaratnya bagaikan sebuah mustika
(sebuah hal yang sangat indah) dalam praktek kehidupan"
- Bu Shinta & Pepatah Jawa