Friday, July 25, 2025

Dona Sutta

 

Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang melakukan perjalanan di jalan raya antara Ukkaṭṭha dan Setavya. Brahmana Doṇa juga sedang melakukan perjalanan di jalan raya antara ukkaṭṭha dan Setavya. Kemudian Brahmana Doṇa melihat roda-roda berjari-jari seribu pada jejak kaki Sang Bhagavā, dengan lingkar dan porosnya, lengkap dalam segala hal, dan berpikir: “Sungguh menakjubkan dan mengagumkan! Ini tidak mungkin jejak kaki manusia!” 


Kemudian Sang Bhagavā meninggalkan jalan raya dan duduk di bawah sebatang pohon, duduk bersila, menegakkan tubuhNya, dan menegakkan perhatian di depanNya. Dengan mengikuti jejak kaki Sang Bhagavā, Brahmana Doṇa melihat Sang Bhagavā duduk di bawah sebatang pohon – anggun, menginspirasi keyakinan, dengan indria-indria yang damai dan pikiran yang damai, seorang yang telah mencapai penjinakan dan ketenangan tertinggi, [bagaikan] seekor gajah jantan besar yang jinak dan terjaga dengan indria-indria terkendali. Kemudian ia mendatangi Sang Bhagavā dan berkata kepada Beliau:


(1) “Apakah mungkin Engkau adalah (kaum dari) deva, Tuan?”

“Aku tidak akan menjadi deva, Brahmana.”


(2) “Apakah mungkin Engkau adalah (kaum dari) gandhabba, Tuan?”

“Aku tidak akan menjadi gandhabba, Brahmana.”


(3) “Apakah mungkin Engkau adalah (kaum dari) yakkha, Tuan?”

“Aku tidak akan menjadi yakkha, Brahmana.”


(4) “Apakah mungkin Engkau adalah (kaum dari) manusia, Tuan?”

“Aku tidak akan menjadi manusia, Brahmana.”


“Ketika Engkau ditanya: ‘Mungkinkah Engkau deva, Tuan?’ Engkau menjawab: ‘Aku tidak akan menjadi deva, Brahmana.’ Ketika Engkau ditanya: ‘Mungkinkah Engkau gandhabba, Tuan?’ Engkau menjawab: ‘Aku tidak akan menjadi gandhabba, Brahmana.’ Ketika Engkau ditanya: ‘Mungkinkah Engkau yakkha, Tuan?’ Engkau menjawab: ‘Aku tidak akan menjadi yakkha, Brahmana.’ Ketika Engkau ditanya: ‘Mungkinkah Engkau manusia, Tuan?’ Engkau menjawab: ‘Aku tidak akan menjadi manusia, Brahmana.’ Kalau begitu, apakah Engkau, Tuan?”


(1) “Brahmana, Aku telah meninggalkan noda-noda itu yang karenanya Aku dapat menjadi deva; Aku telah memotongnya di akarnya, membuatnya seperti tunggul pohon palem, melenyapkannya sehingga tidak muncul lagi di masa depan. (2) Aku telah meninggalkan noda-noda itu yang karenanya Aku dapat menjadi gandhabba … (3) … dapat menjadi yakkha … (4) … dapat menjadi manusia; Aku telah memotongnya di akarnya, membuatnya seperti tunggul pohon palem, melenyapkannya sehingga tidak muncul lagi di masa depan. Seperti halnya bunga teratai biru, merah, atau putih, yang walaupun lahir di dalam air dan tumbuh di dalam air, namun meninggi keluar dari air dan berdiri tidak dikotori oleh air, demikian pula, walaupun lahir di dunia dan tumbuh di dunia, namun Aku telah mengatasi dunia dan berdiam tidak dikotori oleh dunia. Ingatlah Aku, Brahmana, sebagai seorang Buddha.


“Aku telah menghancurkan noda-noda itu yang karenanya

Aku dapat terlahir kembali menjadi deva

atau gandhabba yang bepergian melalui angkasa;

yang karenanya Aku dapat mencapai kondisi yakkha,

atau kembali pada kondisi manusia:

Aku telah menghalau dan memotong noda-noda ini.


“Bagaikan teratai putih yang indah

tidak dikotori oleh air,

Aku juga tidak dikotori oleh dunia:

oleh karena itu, O Brahmana, Aku adalah seorang Buddha.”



Source 「经源」:

Tipiṭaka : Suttapiṭaka: Aṅguttaranikāya: Catukkanipāta: 4. Cakkavaggo: 6. Doṇasuttaṃ

三藏:经藏:增支部:四集:轮品:第六经《多那经》

No comments:

Post a Comment

Pesan orang tua

Ayo ngelakoni apik, sing seneng weweh, (pokok'e nek kasih sesuatu aja diitung) aja nglarani atine uwong.
Aja dadi uwong sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter. Nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter rumangsa.
"Sabar iku lire momot kuat nandhang sakening coba lan pandhadharaning urip. Sabar iku ingaran mustikaning laku." -
Ms. Shinta & Paribasan Jowo

Terjemahan

Mari melakukan kebaikan dan senang berdarma-bakti, jangan pernah dihitung-hitung kalau sudah berbuat baik.
Janganlah menyakiti hati orang lain.
Jadi orang jangan cuma merasa bisa dan merasa pintar, tetapi jadilah orang yang bisa dan pintar merasa.
"Sabar itu merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup.
Bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu ibaratnya bagaikan sebuah mustika
(sebuah hal yang sangat indah) dalam praktek kehidupan"
- Bu Shinta & Pepatah Jawa