Monday, June 3, 2013

Tuvataka Sutta

तुवटकसुत्तं
Tuvaṭakasuttaṃ


“Hal hal yang perlu ditumbuh-kembangkan guna tercapainya tujuan akhir”



1.
“Aku bertanya kepada Sang Arif, Sanak Matahari,
yang telah padam, damai:
Bagaimanakah seorang
bhikkhu padam (nibbaani),
tidak melekat pada apa pun di dunia?”

2.
(Jawab Sang Bhagava:)
“Ia harus menghentikan semua akar kerumitan:
‘Akulah si pemikir’;
Ia harus terus berlatih, selalu sadar,
Meredam keinginan di dalam dirinya

3.
Kebenaran apa pun yang diketahuinya
Di dalam atau di luar,
Jangan terperangkap dengan itu,
Itu bukan nibbana, kata para Luhur.

4.
Demi hal itu janganlah berpikir
Aku lebih tinggi, lebih rendah, atau sama
Tersentuh kontak dalam berbagai cara
Jangan terus menciptakan diri.

5.
Hening di-dalam, seorang bhikkhu
Jangan mencari kedamaian dari apa pun yang lain
Bagi orang yang hening di-dalam,
Tiada diri yang dipegang,
Dari mana pula lawan-diri?

6.
Bagaikan di tengah samudra hening,
Tiada alunan gelombang,
Begitu pula bhikkhu, tak tergoyahkan, hening
Tidak membesarkan diri di mana saja.”

7.
“Ia yang matanya terbuka
Menguraikan Dhamma yang dilihatnya
Meredakan bahaya.
Uraikanlah, Bhante, Jalan itu:
Disiplin tinggi atau samadhi.”

8.
“Janganlah memandang dengan keserakahan,
Tutuplah telinga dari obrolan kota,
Jangan mendambakan citarasa lezat,
Jangan memandang apa pun di dunia sebagai ‘milikku’.

9.
Bila tersentuh kontak ia tidak meratap,
Tidak mendambakan keberadaan apa pun di mana pun,
Tanpa sedikit pun gemetar ketakutan.

10.
Memperoleh makanan, minuman,
kudapan dan pakaian,
Ia tidak menyimpan.
Tidak pula kecewa bila tidak memperolehnya.

11.
Terserap dalam keheningan,
Tidak keluyuran,
Tidak gelisah,
Tidak lalai,
Duduk dan berbaring dalam kesunyian.

12.
Tidak terlalu banyak tidur,
Rajin dan senang jaga,
Menanggalkan kemalasan,
Pengelabuan, tertawa-tawa,
olah raga, sanggama, dan menghias diri.

13.
Tidak membuat jimat,
Menafsir tanda-tanda tubuh,
Mimpi, rasi bintang, bunyi binatang,
Tidak memberi obat-obatan
Atau membuat keguguran.

14.
Bila dicela tidak gemetar,
Bila dipuji tidak menyombong,
Mengesampingkan sikap mementingkan-diri,
keserakahan, ucapan memecah-belah, amarah;

15.
Tidak berjual beli
Atau menghina siapa pun di mana pun,
Tidak diam di kota,
Atau menyanjung untuk memperoleh keuntungan.

16.
Bhikkhu itu tidak membual
atau bicara dengan maksud tersembunyi,
Tidak berlatih menghujat
Atau melontarkan kata-kata bermusuhan.

17.
Tidak berdusta,
menipu dengan sengaja,
Tidak merendahkan orang lain
dalam hal kehidupan, moral, pengetahuan & perilakunya.

18.
Menerima banyak cercaan
dari petapa dan orang biasa,
Ia tidak menjawab dengan kasar,
Mereka yang membalas belumlah tenang.

19.
Mengetahui Ajaran ini
Bhikkhu itu berlatih terus, dengan penuh perhatian.
Memahami peredaan adalah kepadaman,
Ia rajin menjalankan Ajaran Sang Gotama.

20.
Yang tak tercapai akan tercapai,
Ajaran inilah saksinya,
Aku melihat keadaan sehat itu.
Oleh karena itu, berlatihlah di dalam Ajaran Sang Bhagava,
Dengan tekun dan penuh penghormatan.”



Terjemahan pali dari:
Dhammacitta forum: Hudoyo
22 May 2008, 10:01:32 AM



Tipitaka source 【經源】 :
तिपिटक (मूल) - सुत्तपिटक - खुद्दकनिकाय - सुत्तनिपात - ४. अट्ठकवग्गो - १४. तुवटकसुत्तं
Tipiṭaka - Suttapiṭaka - Khuddakanikāya - Suttanipātapāḷi - Aṭṭhakavaggo - 14. Tuvaṭakasuttaṃ



Pali script, click here
English Translation, click here

No comments:

Post a Comment

Pesan orang tua

Ayo ngelakoni apik, sing seneng weweh, (pokok'e nek kasih sesuatu aja diitung) aja nglarani atine uwong.
Aja dadi uwong sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter. Nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter rumangsa.
"Sabar iku lire momot kuat nandhang sakening coba lan pandhadharaning urip. Sabar iku ingaran mustikaning laku." -
Ms. Shinta & Paribasan Jowo

Terjemahan

Mari melakukan kebaikan dan senang berdarma-bakti, jangan pernah dihitung-hitung kalau sudah berbuat baik.
Janganlah menyakiti hati orang lain.
Jadi orang jangan cuma merasa bisa dan merasa pintar, tetapi jadilah orang yang bisa dan pintar merasa.
"Sabar itu merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup.
Bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu ibaratnya bagaikan sebuah mustika
(sebuah hal yang sangat indah) dalam praktek kehidupan"
- Bu Shinta & Pepatah Jawa