Thursday, February 13, 2025

Saṅghāṭikaṇṇa Sutta

5. Pañcamavaggo

3. Saṅghāṭikaṇṇasuttaṃ

Vuttañhetaṃ bhagavatā, vuttamarahatāti me sutaṃ –

‘‘Saṅghāṭikaṇṇe cepi, bhikkhave , bhikkhu gahetvā piṭṭhito piṭṭhito anubandho assa pāde pādaṃ nikkhipanto, so ca hoti abhijjhālu kāmesu tibbasārāgo byāpannacitto paduṭṭhamanasaṅkappo muṭṭhassati asampajāno asamāhito vibbhantacitto pākatindriyo; atha kho so ārakāva mayhaṃ, ahañca tassa. Taṃ kissa hetu? Dhammañhi so, bhikkhave, bhikkhu na passati. Dhammaṃ apassanto na maṃ passati.


‘‘Yojanasate cepi so, bhikkhave, bhikkhu vihareyya. So ca hoti anabhijjhālu kāmesu na tibbasārāgo abyāpannacitto apaduṭṭhamanasaṅkappo upaṭṭhitassati sampajāno samāhito ekaggacitto saṃvutindriyo; atha kho so santikeva mayhaṃ, ahañca tassa. Taṃ kissa hetu? Dhammaṃ hi so, bhikkhave, bhikkhu passati; dhammaṃ passanto maṃ passatī’’ti. Etamatthaṃ bhagavā avoca. Tatthetaṃ iti vuccati –


‘‘Anubandhopi ce assa, mahiccho ca vighātavā;

Ejānugo anejassa, nibbutassa anibbuto;

Giddho so vītagedhassa, passa yāvañca ārakā.

‘‘Yo ca dhammamabhiññāya, dhammamaññāya paṇḍito;

Rahadova nivāte ca, anejo vūpasammati.

‘‘Anejo so anejassa, nibbutassa ca nibbuto;

Agiddho vītagedhassa, passa yāvañca santike’’ti.

Ayampi attho vutto bhagavatā, iti me sutanti.


Source: 

Tipiṭaka (Mūla) Suttapiṭaka Khuddakanikāya Itivuttakapāḷi 3. Tikanipāto 






Saṅghāṭikaṇṇa Sutta

Ujung Jubah

Diterjemahkan oleh: Varapanyo

Terjemahan alternatif:

Demikianlah yang telah dikatakan oleh Yang Tercerahkan, dikatakan oleh Seorang Arahat, dan demikianlah yang kudengar:

"Para bhikkhu, meskipun seorang bhikkhu memegang ujung jubahku dan mengikuti langkahku dengan sangat dekat, jika ia masih penuh dengan keserakahan terhadap kenikmatan indriawi, memiliki nafsu yang kuat, tidak memiliki niat baik, pikirannya tercemar, tidak sadar, tidak memahami, tidak terkonsentrasi, pikirannya mengembara, dan indranya tidak terkendali—maka ia tetap jauh dariku, dan aku pun jauh darinya. Mengapa demikian? Karena bhikkhu itu tidak melihat Dhamma. Dan karena ia tidak melihat Dhamma, ia tidak melihatku.

"Sebaliknya, para bhikkhu, meskipun seorang bhikkhu tinggal seratus mil jauhnya, jika ia tidak serakah terhadap kenikmatan indriawi, tidak memiliki nafsu yang berlebihan, memiliki niat baik, pikirannya murni, penuh perhatian, memahami dengan jelas, terkonsentrasi, pikirannya tenang, dan indranya terkendali—maka ia berada sangat dekat denganku, dan aku pun dekat dengannya. Mengapa demikian? Karena bhikkhu itu melihat Dhamma. Dan ketika seseorang melihat Dhamma, ia melihatku."

Inilah makna dari apa yang telah dikatakan oleh Yang Tercerahkan. Sehubungan dengan hal ini, dikatakan:

Meskipun mengikuti dari dekat di belakang,
Penuh dengan keinginan dan kebencian,
Lihatlah betapa jauhnya ia—
Yang penuh nafsu dari yang bebas nafsu,
Yang belum padam dari yang telah padam,
Yang serakah dari yang bebas dari keserakahan.

Namun, seorang yang secara memahami hakikat pengetahuan,
yang telah sepenuhnya memahami Dhamma,
Menjadi tanpa nafsu, mencapai ketenangan,
Seperti danau yang sunyi dan tak tergoyahkan.

Lihatlah betapa dekatnya ia—
Yang tanpa nafsu dengan yang tanpa nafsu,
Yang telah padam dengan yang telah padam,
Yang bebas dari keserakahan dengan yang bebas dari keserakahan.

Inilah juga makna dari apa yang telah dikatakan oleh Yang Tercerahkan, demikianlah yang kudengar.

No comments:

Post a Comment

Pesan orang tua

Ayo ngelakoni apik, sing seneng weweh, (pokok'e nek kasih sesuatu aja diitung) aja nglarani atine uwong.
Aja dadi uwong sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter. Nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter rumangsa.
"Sabar iku lire momot kuat nandhang sakening coba lan pandhadharaning urip. Sabar iku ingaran mustikaning laku." -
Ms. Shinta & Paribasan Jowo

Terjemahan

Mari melakukan kebaikan dan senang berdarma-bakti, jangan pernah dihitung-hitung kalau sudah berbuat baik.
Janganlah menyakiti hati orang lain.
Jadi orang jangan cuma merasa bisa dan merasa pintar, tetapi jadilah orang yang bisa dan pintar merasa.
"Sabar itu merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup.
Bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu ibaratnya bagaikan sebuah mustika
(sebuah hal yang sangat indah) dalam praktek kehidupan"
- Bu Shinta & Pepatah Jawa