3. Iṭṭhasuttaṃ
Wacana Hal Yang Diharapkan
Saat itu perumahtangga Anāthapiṇḍika mengunjungi Sang Bhagavā dan saat tiba, setelah memberi hormat pada Beliau, dia duduk di satu sisi. Saat perumahtangga Anāthapiṇḍika duduk di sana, Sang Bhagavā berkata kepadanya, “Ada lima hal, perumahtangga, yang diharapkan, disukai, menyenangkan, dan sulit di dapat di dunia. Apa lima hal tersebut?
“Umur panjang adalah hal yang diharapkan, disukai, menyenangkan, dan sulit di dapat di dunia. Kecantikan adalah hal yang diharapkan, disukai, menyenangkan, dan sulit di dapat di dunia. Kebahagiaan adalah hal yang diharapkan, disukai, menyenangkan, dan sulit di dapat di dunia. Kemasyhuran adalah hal yang diharapkan, disukai, menyenangkan, dan sulit di dapat di dunia. Surga adalah hal yang diharapkan, disukai, menyenangkan, dan sulit di dapat di dunia.”
“Saya beritahu, perumahtangga, lima hal ini, yang diharapkan, disukai, menyenangkan, dan sulit di dapat di dunia, tidak bisa didapat dengan cara memohon-mohon atau berfantasi. Jika lima hal ini, yang diharapkan, disukai, menyenangkan, dan sulit di dapat di dunia, bisa didapat dengan cara memohon-mohon atau berfantasi, siapa di dunia yang tidak memilikinya?”
“Perumahtangga, tidaklah pantas bagi seorang murid yang mulia yang menginginkan umur panjang dengan bermohon (bersungut-sungut), atau dengan berfantasi (ngarep-ngarep halu). Perumahtangga, seorang murid yang mulia yang menginginkan umur panjang harus mengikuti jalan yang kondusif pada [pencapaian] umur panjang. Karena dengan mengikuti jalan yang kondusif pada [pencapaian] umur panjang, ini akan membawanya pada pencapaian umur panjang, dan dia akan mendapatkan umur panjang, baik sebagai manusia maupun dewa.”
“Perumahtangga, tidaklah pantas bagi seorang murid yang mulia yang menginginkan kecantikan dengan bermohon (bersungut-sungut), atau dengan berfantasi (ngarep-ngarep halu). Perumahtangga, seorang murid yang mulia yang menginginkan kecantikan harus mengikuti jalan yang kondusif pada [pencapaian] kecantikan. Karena dengan mengikuti jalan yang kondusif pada [pencapaian] kecantikan, ini akan membawanya pada pencapaian kecantikan, dan dia akan mendapatkan kecantikan, baik sebagai manusia maupun dewa.”
“Perumahtangga, tidaklah pantas bagi seorang murid yang mulia yang menginginkan kebahagiaan dengan bermohon (bersungut-sungut), atau dengan berfantasi (ngarep-ngarep halu). Perumahtangga, seorang murid yang mulia yang menginginkan kebahagiaan harus mengikuti jalan yang kondusif pada [pencapaian] kebahagiaan. Karena dengan mengikuti jalan yang kondusif pada [pencapaian] kebahagiaan, ini akan membawanya pada pencapaian kebahagiaan, dan dia akan mendapatkan kebahagiaan, baik sebagai manusia maupun dewa.”
“Perumahtangga, tidaklah pantas bagi seorang murid yang mulia yang menginginkan kemasyhuran dengan bermohon (bersungut-sungut), atau dengan berfantasi (ngarep-ngarep halu). Perumahtangga, seorang murid yang mulia yang menginginkan kemasyhuran harus mengikuti jalan yang kondusif pada [pencapaian] kemasyhuran. Karena dengan mengikuti jalan yang kondusif pada [pencapaian] kemasyhuran, ini akan membawanya pada pencapaian kemasyhuran, dan dia akan mendapatkan kemasyhuran, baik sebagai manusia maupun dewa.”
“Perumahtangga, tidaklah pantas bagi seorang murid yang mulia yang menginginkan surga dengan bermohon (bersungut-sungut), atau dengan berfantasi (ngarep-ngarep halu). Perumahtangga, seorang murid yang mulia yang menginginkan surga harus mengikuti jalan yang kondusif pada [pencapaian] surga. Karena dengan mengikuti jalan yang kondusif pada [pencapaian] surga, ini akan membawanya pada pencapaian surga, dan dia akan mendapatkan surga.”
Umur panjang, kecantikan, kemasyhuran, penghormatan,
surga, dan lahir dalam keluarga kelas atas;
Mereka yang menyenangi, menginginkan hal-hal tersebut
dalam kemuliaan dan berkesinambungan,
Bijaksanawan memuji kesungguhan
dalam melakukan kebajikan.
orang orang yang dengan kesungguhan [melaksanakan kebajikan],
mendapatkan kedua berkah:
berkah di kehidupan ini, dan
berkah di kehidupan mendatang.
mereka, yang telah merealisasi berkah tersebut,
disebut sebagai orang bijaksana.
Cetanāti tīsu dvāresu nibbattitacetanāva gahitā. Patthanāti ‘‘evarūpo siya’’nti evaṃ patthanā. Paṇidhīti ‘‘devo vā bhavissāmi devaññataro vā’’ti cittaṭṭhapanā.
Patthanāti ‘‘evarūpo siya’’nti evaṃ patthanā.
"Paṭṭhanā" (aspirasi/keinginan) berarti keinginan yang timbul seperti: "Semoga aku menjadi seperti ini."
“Paṇidhāna berarti dengan harapan, seperti: ‘Semoga aku menjadi dewa atau salah satu jenis dewa.’”
🌺 Teks Pāḷi:
Pattuttaruttaradasā paṇidhāna bījā,
Cetoradharāya karuṇā jala sekha vuddhā;
Sabbaññu ñāṇa phaladā sati vāṭa guttā,
Taṃ samphalandisatu pāramitā latā te.
📘 Terjemahan Bahasa Indonesia:
Semoga pohon sulur pāramī-mu berbunga dengan sempurna,
Berasal dari benih tekad luhur (aspirasi agung / harapan agung) di tanah batin,
Disiram oleh air welas asih yang mengalir dari hati,
Dijaga oleh angin sati, dan berbuah dengan buah kebijaksanaan yang maha tahu.
Translation source:
PTS: A iii 47 , Bodhi halaman 667
Tipitaka Source 【經源】:
तिपिटक (मूल) - सुत्तपिटक - अङ्गुत्तरनिकाय - पञ्चकनिपात - ५. मुण्डराजवग्गो - ३. इट्ठसुत्तं
Tipiṭaka (mūla) - suttapiṭaka - aṅguttaranikāya - pañcakanipāta - 5. Muṇḍarājavaggō - 3. Iṭṭhasuttaṁ
Pali Script, click here
Bahasa Indonesia, click here
English Translation, click here
No comments:
Post a Comment