Sunday, August 18, 2013

Mengumpulkan Bekal

Kisah Putra Mahadhana



Putra Mahadhana tidak belajar ketika ia masih berusia muda, ketika menjelang dewasa dia menikah dengan putri orang kaya.

Seperti dia keadaanya, isterinya juga tidak berpendidikan. Ketika orang tua kedua pihak meninggal dunia mereka mewarisi 80 nilai mata uang dari masing-masing pihak dan menjadi sangat kaya. Tetapi mereka berdua bodoh, hanya tahu menghabiskan uang dan tidak tahu bagaimana menyimpannya atau melipatgandakannya. Mereka hanya makan, minum dan bersenang-senang, menghabiskan uang mereka dengan sia-sia. Ketika mereka telah menghabiskan semua uangnya, mereka menjual ladang mereka dan kebun serta akhirnya rumah mereka. Kemudian mereka menjadi sangat miskin dan tidak berguna. Karena tidak tahu cara mencari nafkah, mereka harus mengemis.

Suatu hari, Sang Buddha melihat anak orang kaya ini bersandar di dinding vihara, mengambil sisa makanan yang diberikan oleh para samanera. Melihat itu Sang Buddha tersenyum.

Yang Ariya Ananda bertanya kepada Sang Buddha mengapa Beliau tersenyum.

Sang Buddha menjawab, “Ananda, lihat kepada putera orang kaya ini, dia hidup dengan tidak berguna dan mempunyai kehidupan yang tidak bertujuan. Apabila dia belajar menjaga kekayaannya pada tahap perrtama kehidupannya, dia akan menjadi orang kaya yang teratas, atau apabila dia menjadi seorang bhikkhu, akan menjadi seorang arahat dan istrinya akan menjadi seorang anagami. Apabila dia belajar menjaga kekayaannya pada tahap kedua kehidupannya, dia akan menjadi orang kaya tingkat kedua; apabila dia menjadi seorang bhikkhu, akan menjadi seorang anagami dan istrinya menjadi seorang sakadagami. Apabila dia belajar menjaga kekayaannya pada tahap ketiga kehidupannya, dia akan menjadi orang kaya tingkat ketiga; atau apabila dia menjadi seorang bhikkhu, akan menjadi seorang sakadagami dan istrinya akan menjadi seorang sotapanna. karena dia tidak berbuat apa-apa dalam tiga tahap kehidupannya dia kehilangan seluruh kekayaan duniawinya, dia juga kehilangan kesempatan mencapai ‘Jalan dan hasil Kesucian’ (Magga-Phala).

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 155 dan 156 berikut:

Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci
serta tidak mengumpulkan bekal (kekayaan) selagi masih muda,
akan merana seperti bangau tua
yang berdiam di kolam yang tidak ada ikannya.

Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci
serta tidak mengumpulkan bekal (kekayaan) selagi masih muda,
akan terbaring seperti busur panah yang rusak,
menyesali masa lampaunya




“Acaritvā brahmacariyaṃ, aladdhā yobbane dhanaṃ;
Jiṇṇakoñcāva jhāyanti, khīṇamaccheva pallale.”


Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci
serta tidak mengumpulkan bekal (kekayaan) selagi masih muda,
akan merana seperti bangau tua yang berdiam di kolam
yang tidak ada ikannya.

“Acaritvā brahmacariyaṃ, aladdhā yobbane dhanaṃ;
Senti cāpātikhīṇāva, purāṇāni anutthunaṃ.”


Mereka yang tidak menjalankan kehidupan suci
serta tidak mengumpulkan bekal (kekayaan)
selagi masih muda,
akan terbaring seperti busur panah yang rusak,
menyesali masa lampaunya.

(Dhammapada, 155, 156).


Source 【經源】:
तिपिटक - सुत्तपिटक - खुद्दकनिकाय - धम्मपद - जरावग्गो - १५५ & १५६.
Tipiṭaka - Suttapiṭaka - Khuddakanikāya - Dhammapada - Jarāvaggo - 155 & 156
三藏經 – 藏經 – 小部經 – 法句經 – 老化品 – 155及156偈
大藏经 – 藏经 – 小部经 – 法句经 – 老化品 – 155及156偈


Terjemahan cerita:
Samaggi Phala


Pali Script, please click here.
English Translation, please click here.
中文翻译,请按这儿


Jangan lupa untuk membaca posting berikut mengenai
Nasehat Yang Mulia Buddha kepada para siswa: "Janganlah takut untuk berbuat baik, sebab..."

Daftar Kosakata
【巴利文-生詞表】

  1. Acaritva = tidak menjalankan 【不進行】
  2. Brahmacariyam = Jalan suci, kehidupan murni 【梵行(中單業格)】
  3. aladdha = tidak mencapai / tidak berhasil 【不得,沒有達到】
  4. Yobbane = masa muda 【青春(中單處格)】
  5. Dhanam = kekayaan 【財(中單業格)】
  6. jinna = masa tua 【老】
  7. Koñcā = bangau 【鷺】
  8. Vā= demikian 【如此】
  9. Va = atau 【或者】
  10. Jhāyanti = habis 【消耗】
  11. khīṇa = telah pergi, tiada 【被滅盡,不存在了】
  12. macche = ikan 【魚】
  13. pallale = telaga kecil 【小湖,小澤之類】
  14. Senti = berserakan 【臥,趴,散落,臥倒】
  15. Cap = busur panah 【弓】
  16. Atikhina = telah termakan waktu / usang 【被過度滅盡】
  17. Va = seperti 【如】
  18. puranani = masa lampau 【已度過的時刻,已過去的事】
  19. Anutthunam = dengan menghelakan nafas kesedihan [menyesali] 【悲歎地後悔…】


No comments:

Post a Comment

Pesan orang tua

Ayo ngelakoni apik, sing seneng weweh, (pokok'e nek kasih sesuatu aja diitung) aja nglarani atine uwong.
Aja dadi uwong sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter. Nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter rumangsa.
"Sabar iku lire momot kuat nandhang sakening coba lan pandhadharaning urip. Sabar iku ingaran mustikaning laku." -
Ms. Shinta & Paribasan Jowo

Terjemahan

Mari melakukan kebaikan dan senang berdarma-bakti, jangan pernah dihitung-hitung kalau sudah berbuat baik.
Janganlah menyakiti hati orang lain.
Jadi orang jangan cuma merasa bisa dan merasa pintar, tetapi jadilah orang yang bisa dan pintar merasa.
"Sabar itu merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup.
Bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu ibaratnya bagaikan sebuah mustika
(sebuah hal yang sangat indah) dalam praktek kehidupan"
- Bu Shinta & Pepatah Jawa