Wednesday, December 19, 2012

MAGHA SUTTA - Pertanyaan Magha kepada Sang Buddha Mengenai Beramal

Demikian yang telah saya dengar:
suatu ketika Sang Buddha berdiam di puncak Gunung Nasar, dekat Rajagaha.

Suatu hari, seorang brahmana muda yang bernama Magha,
datang menemui Sang Buddha. Mereka saling menyapa seperti pada umumnya,
kemudian pemuda itu duduk di dekat Sang Buddha.

‘Yang Mulia Gotama,’ katanya,
saya adalah seorang penyokong awam.
Saya berdana, membantu dengan memberikan uang,
hadiah, persembahan, dan sejenisnya.

Saya orang yang ramah dan cukup terbuka untuk menolong.
Kekayaan yang saya bagi-bagikan itu diperoleh tanpa melanggar hukum,

dan laba yang halal ini saya berikan kepada satu atau dua orang,
kadang-kadang dua puluh atau tiga puluh orang,
atau kadang-kadang sampai seratus orang lebih.

Saya ingin tahu apakah ada manfaatnya memberikan
semua hadiah dan persembahan ini.
Saya mohon Yang Mulia memberitahukan
apakah tindakan-tindakan itu membuahkan jasa bagi saya?




Anak muda,’ kata Sang Guru,
semua pemberian dan persembahan yang kau lakukan
tentu saja berguna dan memberikan jasa yang besar.

Ini berlaku juga bagi siapa pun yang berdana
dan memberikan dukungan, yang mudah didekati
dan terbuka untuk membantu,
dan yang memberikan laba yang diperolehnya secara bersih

kepada satu atau dua, dua puluh atau tiga puluh,
atau seratus orang, atau lebih.
Semua pemberian ini akan memberikan jasa yang besar.


Kemudian brahmana muda itu bertanya lagi, kali ini dalam syair:
1. ‘Yang Mulia Gotama,’ katanya;
‘Engkau adalah kelana berjubah kuning, manusia tak-berumah;
Engkau adalah orang yang memahami ucapan-ucapan yang bermakna.

Dapatkah Engkau menjawab pertanyaan saya ini?
Ada seorang awam yang dermawan dan dapat diharapkan akan memberi,
dan dia
memberi persembahan karena menginginkan jasa
dengan cara memberikan makanan dan minuman kepada orang lain.
Agar persembahan itu murni,
kepada siapakah persembahan itu harus diberikan?’(487)

2. ‘Jika umat awam yang dermawan ini,’ kata Sang Buddha,
‘akan memberikan persembahan, atau berdana makanan serta minuman,
jika dia butuh serta ingin membuat jasa,
maka agar persembahan itu berhasil,
dia harus memberikannya kepada orang yang dapat menerima suatu pengorbanan.
Dia harus memberikannya kepada orang yang pantas mendapat persembahan.’(488)

3. Kemudian brahmana itu memohon kepada Sang Buddha
untuk memberitahukan siapa orang yang dapat menerima
suatu pengorbanan dari seorang umat yang dermawan dan berniat baik.
Dia bertanya,
‘Orang-orang yang bagaimanakah yang pantas mendapat persembahan?’(489)

4. Dan Sang Buddha menjawab:
‘Ada orang yang berkelana di dunia ini tanpa kemelekatan,
tanpa harta benda, tanpa apa pun.
Mereka telah utuh dan lengkap, dan
mereka memiliki pengendalian diri.

Jika tiba waktunya untuk memberi,
itulah orang-orang yang pantas diberi.
Kepada orang-orang itulah para brahmana yang berniat baik harus memberi.(490)

5. Mereka yang telah memutus belenggu dan ikatan,
yang tidak liar, bebas, tanpa emosi yang menderu,
serta tanpa nafsu.(491)

6. Mereka yang telah terbebas dari segala belenggu,
yang telah mengendalikan yang liar, dan telah menjadi bebas,
bebas dari kemarahan, dari amukan emosi yang menderu dan dari nafsu.(492)

7. Karena terbebas dari nafsu, kebencian dan ketidaktahuan,
mereka telah menghapus kekotoran batin dan
telah menyempurnakan kehidupan religius.(493)

8. Ada orang-orang yang tidak memiliki tipu muslihat atau pun kesombongan.
Mereka tidak memiliki keserakahan, tidak memiliki pemikiran tentang ‘aku’,
tidak memiliki nafsu.(494)

9. Mereka telah menyeberangi samudra, karena mereka
tidak menjadi mangsa hausnya nafsu keinginan.
Maka sekarang mereka dapat hidup dan bergerak
ke mana pun tanpa pemikiran tentang ‘aku’.(495)

10.Mereka tidak memiliki kerinduan atau pun keinginan yang kuat
untuk apa pun di dunia ini. Mereka tidak memiliki kerinduan
untuk menjadi sesuatu di dunia ini dan tidak memiliki kerinduan
untuk berada di dunia lain mana pun.(496)

11.Mereka telah menyingkirkan kesenangan
yang berdasarkan indera dan mereka memiliki
pengendalian diri yang bagus dan sempuma.

Mereka berjalan dari satu tempat ke tempat lain
tanpa memiliki rumah untuk pulang kembali,
dan mereka bergerak dengan enak,
bagaikan puntalan datar
[yang menarik benang dari perkakas tenun].(497)

12.Mereka telah terbebas dari nafsu,
indera mereka terjaga baik.
Mereka bebas, bergerak dengan enak,
bagaikan rembulan terbebas dari gigitan Rahu [Gerhana].(498)

13.Mereka telah tenang dan diam,
tidak memiliki nafsu atau kemarahan.
Setelah meninggal, mereka tidak akan pergi kemana pun di dunia ini:
mereka tidak lagi mengalami tumimbal lahir.(499)

14.Mereka telah menghentikan kelahiran dan kematian,
tiada lagi yang tersisa. Dan mereka telah pergi
melampaui keraguan dan ketidakpastian.(500)

15.Mereka merupakan pulau bagi diri mereka sendiri.
Mereka tidak memiliki apa pun.
Mereka pergi dari suatu tempat ke tempat lain,
dan dalam segala hal mereka telah terbebas.(501)

16.Mereka tahu dengan tepat apa arti kalimat ini:
“Tidak ada lagi tumimbal lahir: tidak ada lagi dumadi.
Inilah keberadaanku yang terakhir.”(502)

17.‘Di dalam nikmatnya meditasi,
di dalam lengkapnya pengetahuan dan di dalam kuatnya kewaspadaan,
seseorang memiliki pencerahan total dan
merupakan pengayoman bagi banyak orang.



Bila tiba saatnya untuk memberikan persembahan,
inilah orang yang harus diberi:
inilah orang yang pantas diberi oleh
para brahmana yang memiliki niat baik.
’(503)



18.‘Yang Mulia,’ kata Magha,
‘pertanyaanku jelas memberikan manfaat yang besar bagiku!
Engkau telah menjelaskan kepadaku apa artinya pantas menerima pemberian,
dan siapakah orang-orang ini,
karena Engkau tahu hal itu seperti apa adanya —
Engkau telah melihat ini sesuai dengan kenyataan.(504)


19.Tetapi Yang Mulia, ada satu hal lagi.
Jika seorang umat yang dermawan dan berniat baik
memberikan persembahan atau 
membagi-bagikan makanan serta minuman,
bagaimanakah dia harus melakukannya agar persembahan itu berhasil?
’(505)





20.‘Berikan persembahanmu, Magha,’ kata Sang Buddha.
Ketika melakukannya, bergembiralah di dalam pikiran.
Buatlah pikiranmu sepenuhnya tenang dan puas.
Pusatkan pikiran dan masukkan tindakan memberi itu
ke dalam pikiran yang sedang memberi.
Dari posisi yang mantap ini,
engkau dapat terbebas dari kemauan jahat.(506)

21.Jika engkau tidak memiliki dorongan nafsu keinginan
dan dapat terbebas dari kemauan jahat,
jika engkau terus menerus mengembangkan pikiran
yang memiliki cinta kasih tanpa-batas dengan cermat dan waspada,
siang malam, maka cinta kasih itu
akan menyebar tanpa-batas ke segala penjuru.’(507)




22.‘O Tuan,’ kata Magha,
‘beritahukanlah siapa yang dapat menjadi murni,
siapa yang dapat terbebas, siapa yang dapat tercerahkan?
Bagaimana caranya agar bisa mencapai alam Brahma
dengan kekuatan sendiri?

O Raja Kebijaksanaan, beritahukanlah jawabannya!
O Yang Maha Agung, Engkau sendiri menjadi saksi bahwa
hari ini saya telah dapat melihat Brahma.

Bagi kami, Engkau sama dengan Brahma — sungguh!
O, Yang Mulia, Sinar Yang Berkilau,
beritahukanlah caranya agar manusia dapat mencapai alam Brahma!’(508)




23.‘Magha,’ kata Sang Buddha.
Aku beritahukan hal ini kepadamu:
jika ciri ketiga dari tiga ciri pemberian yang sempurna
telah sepenuhnya dijalankan dengan cara memberikan
kepada orang yang pantas diberi,

maka, Magha, sempurnanya tindakan memberi itu sendirilah
yang akan membawa si pemberi,
orang yang berlatih memberi, menuju alam Brahma.
’(509)


24.Maka Magha si brahmana muda itu memuji Sang Buddha.
‘Sungguh menakjubkan, Yang Mulia Gotama.
Sungguh luar biasa, Yang Mulia Gotama!
Sebagaimana orang menegakkan apa yang telah terjungkir balik,
atau mengungkapkan apa yang tadinya tersembunyi,
atau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat,
atau memberikan sinar penerangan di dalam kegelapan,
sehingga mereka yang memiliki mata dapat melihat benda-benda,
demikian pula Kebenaran telah dijelaskan oleh Yang Mulia Gotama
dengan berbagai cara. Oleh karenanya,

saya berlindung kepada Beliau,
kepada Dhamma-Nya, dan kepada Sangha-Nya.
Semoga Yang Mulia Gotama berkenan menerima saya
sebagai siswa awam yang sejak saat ini telah
menyatakan berlindung pada-Nya seumur hidup.’



Sumber: Sutta Pitaka - Khuddaka Nikaya
[Terjemahan dari website Samaggi phala]

Teruskan membaca posting berikut
mengenai Berderma, sehingga pengertian kita
jadi lebih lengkap mengenai memberi ini.
klik disini

No comments:

Post a Comment

Pesan orang tua

Ayo ngelakoni apik, sing seneng weweh, (pokok'e nek kasih sesuatu aja diitung) aja nglarani atine uwong.
Aja dadi uwong sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter. Nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter rumangsa.
"Sabar iku lire momot kuat nandhang sakening coba lan pandhadharaning urip. Sabar iku ingaran mustikaning laku." -
Ms. Shinta & Paribasan Jowo

Terjemahan

Mari melakukan kebaikan dan senang berdarma-bakti, jangan pernah dihitung-hitung kalau sudah berbuat baik.
Janganlah menyakiti hati orang lain.
Jadi orang jangan cuma merasa bisa dan merasa pintar, tetapi jadilah orang yang bisa dan pintar merasa.
"Sabar itu merupakan sebuah kemampuan untuk menahan segala macam godaan dalam hidup.
Bertingkah laku dengan mengedepankan kesabaran itu ibaratnya bagaikan sebuah mustika
(sebuah hal yang sangat indah) dalam praktek kehidupan"
- Bu Shinta & Pepatah Jawa