Khotbah tentang Perenungan Agung Anuruddha
The Discourse on the Great Thoughts of Anuruddha
Pada suatu ketika Yang Terberkahi berdiam di antara penduduk Bhagga di dekat Sumsumaragiri, di Taman Rusa di Hutan Bhesakala. Pada waktu itu YM. Anuruddha berdiam di antara orang-orang Ceti di Hutan Bambu Timur.15 Ketika hidup di sana menyendiri dan terpisah, pemikiran ini muncul di dalam diri Y.M. Anuruddha:
“Dhamma ini adalah untuk orang yang sedikit keinginannya, bukan untuk yang banyak keinginannya. Dhamma ini adalah untuk orang yang merasa puas, bukan untuk yang merasa tidak puas. Dhamma ini adalah untuk orang yang hidup menyendiri, bukan untuk yang senang bersama teman. Dhamma ini adalah untuk orang yang bersemangat, bukan untuk yang malas. Dhamma ini adalah untuk orang yang tajam kewaspadaannya, bukan untuk yang kendor kewaspadaannya. Dhamma ini adalah untuk orang yang pikirannya terkonsentrasi, bukan untuk yang pikirannya tidak terkonsentrasi. Dhamma ini adalah untuk orang yang bijaksana, bukan untuk yang tanpa kebijaksanaan.”
Yang Terberkahi menyadari pemikiran Y.M. Anuruddha. Secepat orang yang kuat dapat meluruskan tangannya yang terlipat atau melipat tangannya yang lurus, Beliau menghilang dari Taman Rusa di Hutan Bhesakala dan muncul di depan Y.M. Anuruddha di Hutan Bambu Timur.
Ketika Yang Terberkahi telah duduk di tempat yang disediakan, Y.M. Anuruddha memberi hormat dan duduk di satu sisi. Kemudian Yang Terberkahi berkata demikian:
“Bagus, Anuruddha, bagus! Engkau telah memikirkan dengan baik tujuh pemikiran orang besar, yaitu: ‘Dhamma ini adalah untuk orang yang sedikit keinginannya … Dhamma ini adalah untuk orang yang bijaksana, bukan untuk yang tanpa kebijaksanaan.’ Tetapi, Anuruddha, engkau bisa lebih jauh lagi memikirkan pemikiran manusia besar yang kedelapan, yaitu: ‘Dhamma ini adalah untuk orang yang berbahagia di dalam Yang Bukan Duniawi, yang bersukacita di dalam Yang Bukan Duniawi, bukan untuk orang yang berbahagia dan bersukacita di dalam Yang Duniawi.’16
“Ketika merenungkan delapan pemikiran orang besar itu, Anuruddha, pada saat terpisah dari kenikmatan-kenikmatan indera, terpisah dari keadaan-keadaan tidak bajik, kapan pun mau, engkau bisa masuk dan berdiam di dalam jhana pertama, yang diiringi dengan pemikiran dan pemeriksaan, dengan sukacita dan kebahagiaan yang terlahir dari kesendirian.
“Dengan memudarnya pemikiran dan pemeriksaan, kapan pun mau, engkau bisa masuk dan berdiam di dalam jhana kedua, yang memiliki keyakinan dari dalam dan kesatuan pikiran, tanpa pemikiran dan pemeriksaan dan memiliki sukacita dan kebahagiaan yang terlahir dari konsentrasi.
“Dengan memudarnya sukacita, kapan pun mau, engkau bisa berdiam di dalam ketenangseimbangan dan – dengan kewaspadaan dan pemahaman yang jelas, mengalami kebahagiaan dengan tubuh – engkau bisa masuk dan berdiam di dalam jhana ketiga, yang oleh para bijaksana dikatakan: ‘Dia tenang seimbang, waspada, orang yang hidup dengan bahagia.’
“Dengan meninggalkan kesenangan dan penderitaan, dan dengan hilangnya kegembiraan dan kesedihan sebelumnya, kapan pun mau, engkau bisa masuk dan berdiam di dalam jhana keempat, yang bukan menyakitkan pun bukan menyenangkan, dan mencakup pemurnian kewaspadaan dengan ketenangseimbangan.
“Ketika engkau memikirkan delapan pemikiran orang besar dan mencapai – kapan pun mau, tanpa kesulitan dan masalah – keempat jhana itu yang berhubungan dengan pikiran yang lebih tinggi, kediaman yang menyenangkan di kehidupan ini juga – maka Anuruddha, jubahmu yang compang-camping akan olehmu seperti apabila seorang perumah-tangga atau putranya melihat sealmari pakaian warna warni; dan bagimu hidup dengan puas dan bahagia, jubahmu yang compang-camping sudah cukup untuk membuat engkau gembira, untuk membuat kehidupanmu bebas dari kekhawatiran, untuk kesejahteraanmu dan sebagai alat bantu untuk memasuki Nibbana.
“Kemudian, Anuruddha, dana makananmu yang sedikit itu akan tampak olehmu seperti apabila seorang perumah-tangga atau putranya melihat sepiring nasi, yang bersih dari butir-butir hitam dan dihidangkan dengan beraneka kuah dan kari; dan bagimu yang hidup dengan puas dan bahagia, dana makananmu yang sedikit itu sudah cukup untuk membuat engkau gembira, untuk membuat kehidupanmu bebas dari kekhawatiran, untuk kesejahteraanmu dan sebagai alat bantu untuk memasuki Nibbana.
“Kemudian, Anuruddha, tempat tinggalmu di bawah pohon akan tampak olehmu seperti apabila seorang perumah-tangga atau putranya melihat sebuah rumah besar beratap yang diplester luar dan dalam, dengan udara yang hangat, dengan gerendel terpasang dan daun jendela tertutup; dan bagimu yang hidup dengan puas dan bahagia, tempat tinggalmu di bawah pohon sudah cukup untuk membuat engkau gembira, untuk membuat kehidupanmu bebas dari kekhawatiran, untuk kesejahteraanmu dan sebagai alat bantu untuk memasuki Nibbana.
“Kemudian, Anuruddha, tempat tidur dan tempat dudukmu yang terbuat dari jerami akan tampak olehmu seperti apabila seorang perumah-tangga atau putranya melihat sofa yang dibungkus permadani bulu domba hitam yang panjang atau seprai dari wol putih, kain penutup yang dihiasi bunga-bunga, diselubungi kulit rusa yang mewah, beratapkan kain di atas kepala dan berbantal merah di tiap ujungnya; dan bagimu yang hidup dengan puas dan bahagia, hamparan jeramimu sudah cukup untuk membuat engkau gembira, untuk membuat kehidupanmu bebas dari kekhawatiran, untuk kesejahteraanmu dan sebagai alat bantu untuk memasuki Nibbana.
“Kemudian, Anuruddha, obatmu dari kencing sapi yang diperam17 akan tampak olehmu seperti apabila seorang perumah-tangga atau putranya melihat berbagai macam obat-obatan dari mentega, ghee, minyak, madu dan gula tebu; dan bagimu yang hidup dengan puas dan bahagia, obatmu dari kencing sapi sudah cukup untuk membuat engkau gembira, untuk membuat kehidupanmu bebas dari kekhawatiran, untuk kesejahteraanmu dan sebagai alat bantu untuk memasuki Nibbana.
“Oleh karena itu, Anuruddha, engkau bisa juga menghabiskan musim hujan yang akan datang di sini di Hutan Bambu Timur di antara orang-orang Ceti ini.”
“Ya, Bhante,” jawab Y.M. Anuruddha.
Maka Yang Terberkahi, setelah memperingatkan Y.M. Anuruddha dengan nasihat yang keras ini, secepat orang kuat dapat meluruskan tangannya yang terlipat atau melipat tangannya yang lurus, kemudian menghilang dari Hutan Bambu Timur itu dan muncul kembali di Sumsumaragiri, di Taman Rusa di Hutan Bhesakala.
Di sana Yang Terberkahi duduk di tempat yang telah disediakan untuk Beliau dan berkata kepada para bhikkhu demikian:
“Aku akan menyatakan kepadamu, O para bhikkhu, delapan pemikiran orang besar. Dengarkan dan perhatikan dengan saksama, aku akan berbicara. Apakah delapan pemikiran orang besar ini?
“Dhamma ini adalah untuk orang yang sedikit keinginannya, bukan untuk yang banyak keinginannya. Dhamma ini adalah untuk orang yang merasa puas, bukan untuk yang merasa tidak puas. Dhamma ini adalah untuk orang yang hidup menyendiri, bukan untuk yang senang bersama teman. Dhamma ini adalah untuk orang yang bersemangat, bukan untuk yang malas. Dhamma ini adalah untuk orang yang tajam kewaspadaannya, bukan untuk yang kendor kewaspadaannya. Dhamma ini adalah untuk orang yang pikirannya terkonsentrasi, bukan untuk yang pikirannya tidak terkonsentrasi. Dhamma ini adalah untuk orang yang bijaksana, bukan untuk yang tanpa kebijaksanaan. Dhamma ini adalah untuk orang yang berbahagia di dalam Yang Bukan Duniawi, yang bersukacita di dalam Yang Bukan Duniawi, bukan untuk orang yang berbahagia dan bersukacita di dalam Yang Duniawi.
“Tetapi mengapa, para bhikkhu, dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk orang yang sedikit keinginannya, bukan untuk yang banyak keinginannya?’ Di sini, para bhikkhu, meskipun seorang bhikkhu memiliki hanya sedikit keinginan, dia tidak ingin diketahui sebagai orang yang sedikit keinginannya. Meskipun merasa puas, dia tidak ingin diketahui sebagai orang yang merasa puas. Meskipun hidup menyendiri, dia tidak ingin diketahui sebagai orang yang hidup menyendiri. Meskipun bersemangat, dia tidak ingin diketahui sebagai orang yang bersemangat. Meskipun waspada, dia tidak ingin diketahui sebagai orang yang waspada. Meskipun pikirannya terkonsentrasi, dia tidak ingin diketahui sebagai orang yang pikirannya terkonsentrasi. Meskipun bijaksana, dia tidak ingin diketahui sebagai orang yang bijaksana. Meskipun berbahagia dan bersukacita di dalam Yang Bukan Duniawi, dia tidak ingin diketahui sebagai orang yang berbahagia dan bersukacita di dalam Yang Bukan Duniawi. Ketika dikatakan, ‘Dhamma ini adalah untuk orang yang sedikit keinginannya, bukan untuk yang banyak keinginannya,’ karena alasan inilah maka hal tersebut dikatakan.
“Dan mengapa dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk orang yang merasa puas, bukan untuk yang merasa tidak puas’? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu merasa puas dengan segala jenis jubah, dana makanan, tempat tinggal dan kebutuhan obat-obatan. Karena alasan inilah maka hal tersebut dikatakan.
“Dan mengapa dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk orang yang hidup menyendiri, bukan untuk yang senang bersama teman‘? Di sini, para bhikkhu, sementara seorang bhikkhu hidup menyendiri, banyak tamu yang datang: bhikkhu dan bhikkhuni, pengikut awam pria dan wanita, raja-raja dan para menterinya, para pemimpin sekte dan pengikutnya. Kemudian bhikkhu ini – dengan pikiran yang tertuju pada hidup menyendiri, bersandar pada hidup menyendiri, cenderung hidup menyendiri, menjalani hidup menyendiri dan berbahagia meninggalkan kehidupan duniawi – berbicara kepada mereka hanya untuk membuat mereka pergi. Karena alasan inilah maka hal tersebut dikatakan.
“Dan mengapa dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk yang bersemangat, bukan untuk yang malas’? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu hidup dengan semangat yang ditujukan untuk meninggalkan segala yang tidak bajik dan mencapai segala yang bajik; usahanya mantap dan kuat, dia tidak melalaikan tugasnya sehubungan dengan kualitas-kualitas yang bajik. Karena alasan inilah maka hal tersebut dikatakan.
“Dan mengapa dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk orang yang tajam kewaspadaannya, bukan untuk yang kendor kewaspadaannya‘? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu waspada, memiliki kewaspadaan yang amat tajam dan bertindak dengan hati-hati; dia mengingat dengan baik dan menyimpan di dalam pikirannya apa yang telah lama dikatakan dan dilakukan. Karena alasan inilah maka hal tersebut dikatakan.
“Dan mengapa dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk orang yang pikirannya terkonsentrasi, bukan untuk orang yang pikirannya tidak terkonsentrasi’? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu masuk dan berdiam di dalam jhana pertama … jhana kedua … jhana ketiga … jhana keempat. Karena alasan inilah maka hal tersebut dikatakan.
“Dan mengapa dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk orang yang bijaksana, bukan untuk yang tanpa kebijaksanaan‘? Di sini, para bhikkhu, seorang bhikkhu bijaksana dengan cara ini: dia memiliki kebijaksanaan untuk melihat muncul dan lenyapnya fenomena yang mulia dan menembus, yang menuntun pada hancurnya penderitaan secara total. Karena alasan inilah maka hal tersebut dikatakan.
“Dan mengapa dikatakan: ‘Dhamma ini adalah untuk orang yang bahagia dan bersukacita di dalam Yang Bukan Duniawi, bukan untuk orang yang bahagia dan bersukacita di dalam Yang Duniawi‘? Di sini, para bhikkhu, pikiran seorang bhikkhu mendesaknya ke arah berhentinya penyebaran dunia, dia puas dengan berhentinya hal itu, mantap di dalamnya dan terbebas. 18 Karena alasan inilah maka hal tersebut dikatakan.
Dan di musim hujan mendatang itu juga, Y.M. Anuruddha tinggal di antara orang-orang Ceti di Hutan Bambu Timur. Dan Y.M. Anuruddha – yang hidup menyendiri dan terpisah, rajin, tekun dan penuh tekad – dengan pengetahuan langsungnya sendiri segera merealisasikan di sini dan kini tujuan kehidupan suci yang tak ada bandingnya, yang untuk itu putra-putra keluarga baik-baik pergi meninggalkan kehidupan berumah menuju kehidupan tak-berumah. Dan setelah memasukinya, dia berdiam di sana. Dan dia mengetahui: “Telah hancur kelahiran, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi apa pun untuk dunia ini.” Dan Y.M. Anuruddha telah menjadi Arahat.
Pada saat mencapai tingkat Arahat Y.M. Anuruddha mengucapkan syair ini:
“Sang Guru, tanpa teman di dunia ini,
Mengetahui pemikiranku dan datang kepadaku;
Dengan tubuh yang dibuat oleh pikiran,
Beliau datang kepadaku lewat kekuatan supranatural.
Beliau mengajarku lebih daripada apa yang kutahu,
Lebih daripada apa yang terkandung di dalam pikiranku:
Sang Buddha, yang berbahagia dengan Yang Bukan Duniawi,
Mengajarku tentang keadaan Yang Bukan Duniawi.
Dan setelah mempelajari Dhamma Beliau demikian,
Aku hidup bahagia di dalam Ajaran-Nya.
Aku telah memperoleh pengetahuan berunsur tiga;19
Aku telah melakukan perintah Sang Guru.”
di samaggi-phala terjememahannya adalah (VIII, 25), 160. Delapan Pemikiran Orang Besar
Tipiṭaka (Mūla) — Suttapiṭaka — Aṅguttaranikāya — Aṭṭhakādinipātapāḷi — Gahapativaggo — Sutta 10. Anuruddhamahāvitakkasuttaṃ
No comments:
Post a Comment